Entri Populer

Jumat, 27 Mei 2011

PETA KABUPATEN NGADA, PROVINSI NTT




Kabupaten Ngada adalah sebuah kabupaten di bagian tengah pulau Flores, provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Ibukota kabupaten adalah Bajawa. Luas wilayah 3.037,9 km² dengan jumlah penduduk ± 250.000 jiwa.

Kabupaten Ngada memiliki dua suku besar, yaitu  Suku Bajawa dan Suku Riung. Masing-masing suku ini mempunyai kebudayaan sendiri-sendiri yang masih dipertahankan sampai saat ini, seperti rumah adat, bahasa yang berbeda satu sama lainnya, tarian, pakaian adat dan lain-lain.

Wisata

Obyek wisata alam yang sudah terkenal di dunia internasional adalah Taman Laut Nasional 17 Pulau Riung dengan berbagai keunikan yang dimilikinya antara lain : Mawar Laut, beraneka Jenis Terumbu Karang, Pulau Pasir Putih, Kelelawar bakau di pulau Ontoloe, Mbou (Kadal Raksasa yang merupakan Binatang Purbakala, masih hidup secara alamiah di habitatnya hingga saat ini). Selain itu adalah permandian air panas alam Mengeruda, Danau Wawomudha yang air kawahnya berwarna merah, Air terjun Ogi, Wae Roa, eko wisata Lekolodo dan Pantai pasir putih Waewaru. Obyek Wisata Budaya yang sangat terkenal ialah Kampung Tradisional Bena, Bela, Gurusina serta Kampung Tua dan Batu Megalith di Wogo. Selain itu banyak sekali terdapat masing banyak lagi

Perikanan

Kabupaten Ngada memiliki wilayah perairan/ laut yang sangat potensial baik di pantai utara yaitu Laut Flores (Kecamatan Riung), maupun pantai laut selatan yaitu Laut Sawu masing-masing Kecamatan Golewa dan Kecamatan Aimere. Kekayaan laut yang utama yaitu ikan, Lobster, rumput laut dan mutiara. Sumber daya perikanan dan kelautan di Kabupaten gada memiliki garis pantai sepanjang 219 km dengan rincian: Pantai utara 105 Km, pantai selatan 114 Km. Sesuai PP nomor 25 tahun 1999, luas laut yang menjadi kewenangan Kabupaten hanya mencapai 4 mil laut.

Luas wilayah perairan Laut sebesar 344.363 Ha dengan potensi lestari sebanyak 10.334,82 Ton/tahun yang terdiri dan potensi ikan Pelagis sebanyak 6.717,63 Ton dan ikan Demersal sebanyak 3.617,18 ton. Sampai dengan Tahun 2000 tingkat pemanfaatannya baru mencapai 55,51 ton dan sisanya dan perairan umum serta budidaya, dengan jumlah Rumah Tangga Perikanan (RTP) sebanyak 1.101 Rumah Tangga yang terdiri dan 989 Rumah Tangga Perikanan Nelayan dan 131 Rumah Tangga Perikanan Budidaya. Dan jumlah tersebut yang berstatus sebagai Nelayan Penuh sebanyak 265 orang dan176 orang sebagai Nelayan Sambilan.

Pertambangan

Jenis potensi pertambangan, lokasi dan jumlah kandungannya masing-masing, terinci sebagai berikut :

Besi/ Mangan lokasi : Mbong Milong- Riung 1.359 Ha, Emas Lokasi : Rawangkalo, Wangka, Lindi 1.177.100 Ha (5.789 ton),Perak, Belerang Lokasi: Mataloko 30 Ha, Tembaga 33.088 %, Pasir Besi 65 Ha, Pasir dan Batu Lokasi :Naru, Aimere 908.209.977 M3, Tanah Liat Lokasi: Bomari-Langa 30.512.619 M3, Marmer Lokasi:Sambinasi, Rawangkalo, Wangka 15.452.336 M3, Granodiort 339.000.000 M3, Zeolit 266.721.653 M3, Batu Permata / 1/2, Permata 1.00.000 M3

Perkebunan

Kabupaten Ngada memiliki potensi perkebunan yang cukup potensial untuk dikembangkan. Beberapa jenis komoditi andalan yang dikembangkan di Kabupaten Ngada adalah : Kopi, Kakao, Jambu Mete, Kemiri, Kelapa, Cengkeh, Vanili dan Merica. Luas lahan kering potensial : 98.100 ha, fungsional seluas 47.943 ha sedangkan sisanya adalah sebesar 50.157 ha belum dimanfaatkan


Wilayah Kabupaten Ngada dibagi menjadi 9 kecamatan, yaitu:

1. Aimere
2. Bajawa
3. Golewa
4. Riung Barat
5. Riung
6. Soa
7. Wolomeze
8. Bajawa Utara
9. Jerebuu



Lain-lain

Dengan jumlah penduduk mencapai 250.000 jiwa yang hidup pada umumnya adalah petani, kabupaten Ngada merupakan salah satu kabupaten di Flores, Nusa Tenggara Timur yang memiliki adat budaya yang sangat unik karena pada kabupaten ini setiap kecamatan memiliki adat yang berbeda-beda antara satu dengan lainya, contohnya dalam hal berbahasa antara kecamatan satu dan lainya mempunyai bahasa yang berbeda-beda. Selain itu Kabupaten Ngada itu sendiri memiliki objek wisata alam dan budaya yang sangat menarik, yaitu Taman Laut Tujuh Belas Pulau di Kecamatan Riung yang dapat menarik bagi wisatawan asing maupun lokal.

http://www.ziddu.com/download/20826445/Abstrak.docx.html

PETA KOTA KUPANG PROVINSI NTT

Selasa, 28 Desember 2010

KECAMATAN AIMERE

Letak geografis

Letak kecamatan utara : berbatasan dengan kecamatan bajawa
Selatan : laut sawu
Timur : b

erbatasan dengan kecamatan jerebu’u
Barat : berbatasan dengan kabupaten manggarai timur


Iklim : tropis


Flora : sebagian besar terdiri dari padang rumput

Ekasapta : kemiri, kepok, kelapa, asam,jati putih/merah, jambu mente,dll

Fauna : hewan hewan besar ( kerbau, sapi, kuda ).
: hewan hewan kecil (babi dan kambing).
: unggas (ayam buras, itik, bebek).
: binatang liar ( babi hutan, rusa dank era).






Obyek wisata : pasir putih di kampung sewowoto desa waebela, pantai aimere di kelurahan aimere

Wilayah administrasi
 Luas kecamatan : 152,50 km²
 Penduduk tahun 2006, 2007,2008 : 14.293, 14.773, dan 14.864 jiwa
 Rumah tangga tahun 2006,2007,2008 : 3164, 3257, dan 3265
 Kepala keluarga : -
 Desa : 10
 Kelurahan : 2

Kesimpulan dari data diatas bahwa jumlah dan persebaran penduduk di kecamatan aimere dari tahun 2006-2008 terus meningkat hal ini dilihat dari adanya angka kelahiran yang terus bertambah dari tahun ke tahun dibandingkan angka kematian yang sedikit.dilihat berdasarkan banyaknya penduduk menurut kelompok umur yang lebih mendominasi adalah kelompok umur usia 0-4 tahun dibandingkan dengan kelompok umur usia 55-64 tahun. Untuk penduduk dilihat dari berdasarkan kewarganegaraan bahwa penduduk kecamatan aimere masih asli dan tidak ada warga asing yang menetap di desa atau kelurahan di kecamatan tersebut.untuk banyaknya penduduk berdasrkan jenis kelamin dari data diatas dapat diambil kesimpulan bahwa banyaknya penduduk berdasarkan jenis kelamin lebih didominasi oleh perempuan, dalam hal ini bahwa jumlah perempuan lebih banyak dibandingkan laki laki.
http://www.ziddu.com/download/20826612/MengenalBumiKita.flv.html

Senin, 22 November 2010

proses pembelajaran di sma 1 bajawa

REFLEKSI SINGKAT PROSES PEMBELAJARAN DI SMA NEGERI 1 BAJAWA DALAM MATA PELAJARAN GEOGRAFI
Oleh
LUKAS YAKOBUS GUE EA
Mahasiswa jurusan pendidikan geografi fakultas keguruan dan ilmu pendidikan
Universitas nusa cendana kupang

1. Pendahuluan
Tujuan pendidikan nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut pemerintah mengadakan penyempurnaan kurikulum. Kurikulum yang sekarang diterapkan di Indonesia adalah KTSP. KTSP disusun oleh sekolah dengan berpedoman pada standar isi dan standar kelulusan.
Penerapan kurikulum mengisyaratkan dan menuntut guru untuk mengembangkan kurikulum sendiri dengan mengacu pada standar isi dan standar kompetensi. Pengembangan KTSP bersifat desentralisasi, yaitu pengembangan kurikulum diserahkan kepada masing-masing sekolah di bawah supervisi Dinas Pendidikan, sehingga setiap sekolah memiliki kurikulum yang berbeda dan bersifat fleksibel sesuai dengan satuan pendidikan, potensi/karakteristik daerah, sosial budaya masyarakat setempat dan peserta didik.
Guru mempunyai peranan penting dalam mengimplementasikan kurikulum, berhasil tidaknya kurikulum bergantung pada aktivitas dan kreativitas guru dalam mengembangkan dan merealisasikan kurikulum. Selain itu dibutuhkan sarana dan prasarana yang menunjang pembelajaran. Pemerintah telah menetapkan standar sarana dan prasarana yang tertulis dalam pasal 42 PP RI No. 19 tahun 2005, tetapi tidak semua standar yang ditetapkan oleh pemerintah dimiliki oleh setiap satuan pendidikan. Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin memaparkan proses belajar di SMA Negeri 1 Bajawa dalam mata pelajaran geografi tahun akademik 2007/2008.


2. Proses pembelajaran di SMA Negeri 1 Bajawa dalam mata pelajaran Geografi.
Dalam proses pembelajaran guru mempunyai metode atau cara yang harus dilakukan. Mulai dari perancanaan. Perencanaan pembelajaran terdiri dari program tahunan, program semester, silabus dan RPP. KTSP menuntut guru untuk mengembangkan sendiri perencanaan pembelajaran yang akan dilaksanakan tetapi bagi sekolah yan belum mandiri boleh menggunakan perencanaan yang dibuat berdasarkan hasil MGMP geografii dan disesuaikan dengan keadaan sekolah dan kondisi peserta didik.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa guru belum menyesuaikan rencana tersebut dengan keadaan sekolah dan kondisi peserta didik, sehingga terdapat beberapa rencana yang tidak terlaksana. Penentuan alokasi waktu berdasarkan jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu. Alokasi waktu yang dianjurkan oleh Dinas Pendidikan adalah 2 jam mata pelajaran per minggu, tetapi sekolah boleh menambah jumlah alokasi waktu tersebut sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Guru telah menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi sehingga siswa tidak terlihat jenuh saat proses pembelajaran berlangsung. Siswa juga dihadapkan pada media asli sehingga mereka bisa melakukan pengamatan langsung. Di SMA Negeri 1 bajawa khususnya dalam mata pelajran geografi, sarana dan prasarana yang tersedia di sekolah belum dimanfaatkan secara optimal, siswa tidak diperkenalkan dan tidak diajarkan menggunakan alat-alat laboratorium yang tersedia, sehingga siswa hanya melakukan pengamatan bagian luar dari media yang diamati.
Guru memberikan penilaian dalam bentuk tes dan non tes. Tes tertulis berupa : pre tes, ulangan harian dan uji blok, sedangkan non tes berupa : penilaian sikap dan penampilan siswa saat presentasi. Acuan pembuatan soal adalah soal-soal ujian sekolah yang sesuai dengan indikator pembelajaran. Guru memberikan penilaian pada akhir kompetensi dasar atau beberapa kompetensi dasar dalam satu kali uji blok. Guru dinyatakan berhasil jika 75% dari peserta didik memperoleh nilai lebih besar atau sama dengan kriteria ketuntasan belajar (KKM) yang telah ditentukan. KKM untuk pelajaran geografi adalah 60, keberhailan guru dalam mengajar tidak sama, satu guru tidak berhasi dalam pembelajaran yaitu hanya 44,44% peserta didik tidak mencapai KKM, tetapi ada juga guru yang peserta didiknya 97,22% yang mencapai KKM. Kendala-kendala yang dihadapi oleh guru di SMA Negeri 1 Bajawa dalam mata pelajarangeografi adalah :
 guru masih bingung dengan penerapan KTSP, sehingga belum membuat perencanaan sendiri yang sesuai dengan keadaan sekolah dan kondisi peserta didik. Guru juga belum terbiasa mengembangkan kurikulum sendiri karena pada kurikulum sebelumnya (kurikulum berbasis kompetensi) guru langsung menerapkan kurikulum yang telah dibuat oleh Dinas Pendidikan;
 sarana dan prasarana yang belum bisa dimanfaatkan secara optimal di SMA Negeri 1 Bajawa dan tidak adanya sarana dan prasarana yang menunjang pembelajaran geografi di SMA Negeri 1 Bajawa. Seharusnya ketersediaan sarana dan prasarana bukan merupakan kendala bagi guru yang kreatif dalam menentukan media pembelajaran.Meskipun terdapat kendala, guru merasa senang dengan diterapkannya KTSP karena KTSP memberikan kebebasan kepada guru untuk mengembangkan kurikulum sendiri yang disesuaikan dengan keadaan sekolah dan kondisi peserta didik. Guru dapat menuangkan ide-ide kreatifnya dalam pembelajaran.





3. Simpulan dan saran
Masing-masing sekolah telah membuat struktur kurikulum yang bebeda yang disesuaikan dengan keadaan sekolah dan kondisi peserta didik. Perencanaan yang dibuat oleh guru adalah program tahunan, program semester, silabus dan RPP. Silabus dan RPP disusun berdasarkan hasil musyawarah guru mata pelajaran geografi, tetapi belum disesuaikan dengan keadaan sekolah dan kondisi peserta didik sehingga pelaksanaanya kurang sesuai dengan pelaksanaannya.
Berdasarkan hasil ujian siswa pada kompetensi dasar konsep geografi terlihat bahwa tidak semua guru berhasil dalam pembelajaran, ini diketahui dari rendahnya presentase siswa yang mencapai KKM. Kendala-kendala yang dihadapi dalam mengimplementasikan KTSP adalah guru belum memahami pengembangan KTSP serta sarana dan prasarana yang belum bisa dimanfaatkan secara optimal. Peneliti menyarankan agar guru lebih memahami pengembangan dan pelaksanaan KTSP melalui pelatihan, membaca buku atau melalui media lain.

geografi budaya

KEGIATAN BELAJAR 1 geografi budaya

Pokok Materi Konsep Geografi Budaya
Kompetensi Dasar Memahami Konsep Geografi Budaya
Mata Kuliah Geografi Budaya
Kode Mata Kuliah KPI 4528
Bobot SKS 2
Program / Semester S1/ Gasal(V)
Waktu 300 menit ( 3 x pertemuan)

A. Tujuan
Mengembangkan kemampuan mahasiswa untuk memahami dan mendeskripsikan
konsep Geografi Budaya
B. Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan : Konsep Geografi Budaya
C Uraian Materi :
1. Pengertian

a. Geografi Budaya
Menurut Carl Sauer geografi budaya (cultural geography ) merupakan studi tentang aspek material atau man-made features dari budaya yang memberikan corak khas kepada suatu region, terutama pada kenampakan landscapenya. Tetapi landsape ini ternyata berisi pula kekhasan dalam hal factor social ekonomi seperti ideology, adat, hukum, perdagangan dan sebagainya, sehingga dapat dibuat lukisan yang tepat mengenai wajah bumi. Menurut aliran cultural geografi itu, bumi sebagai home of man membutuhkan terus menerus pengubahan demi krasannya manusia di tempat itu.
Aliran cultural geografi mengutamakan telaahan atas aneka bentuk karya manusia di permukaan bumi sebagai wilayah. Bryan dalam bukunya man’s adaptation to nature (1933) berpendapat bahwa perbedaan antara wilayah yang satu dan lainnya itu berupa perbedaan cultural landscapenya yaitu bentang alam budayanya. Di dalam bentang alam budaya ditemukannya empat aspek sebagai berikut :
1.Bentuk-bentuk structural seperti tanah garapan, permukiman , pertambangan, pabrik.
2. Sarana-sarana perpindahan manusia dan barang
3. Proses-proses khusus, misalnya dalam kegiatan pertanian, industri dan transportasi.
4. Hasil-hasil kegiatan manusia yang berupa persediaan pangan, komoditi, kesehatan
penduduk, dan pemerintahan
Jadi dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa bentang alam budaya itu merupakan berbagai bentuk konkrit dari adaptasi manusia terhadap lingkungan alamnya. Disebut demikian karena itu jelas bertalian lebih erat dengan usaha manusia untuk mengubah alam dari pada yang bertalian dengan pengaruh alam atas kehidupan manusia.
Menurut Taylor aneka karya manusia sebagaimana diperincikan di atas belumlah seluas apa yang disebut factor manusia . Ini meliputi ideology dan teknologi yang dipakai manusia sebagai senjata mengubah nature menjadi kultur, sehingga terciptalah wujud kenampakan fisik dari wilayah yang dihuninya.
Di dalam menguraikan wilayah tak cukuplah apabila geografi hanya memperhatikan karya manusia yang sifatnya materil saja. Ia harus memperhatikan pula segala factor yang ada untuk menafsir karaketeristik atau kepribadian wilayah yang bersangkutan. Bahkan dalam melakukan pendekatan geografis, sehubungan itu perlu pula dipakai sebagai dasar, pandangan hidup serta keyakinan agama penduduk di situ. Barulah wilayah yang dihuni akan mendapatkan cirri-cirinya yang khas yang membuatnya lain dari wilayah lainnya.
b.Masyarakat dan Budaya
Masyarakat, mempunya arti ganda yaitu (1) masyarakat adalah kelompok manusia yang teratur, (2) Masyarakat adalah kelompok dengan budaya yang khusus.
Budaya adalah keseluruhan gaya hidup suatu bangsa (Daldjoeni, 1987). Para antropolog melihat budaya (culture) sebagai suatu tahap saja dari peradaban (civilization), budaya meliputi,gagasan,keyakinan (beliefs), lembaga, ketrampilan, perkakas dan artefak yang dimiliki suatu bangsa pada suatu tahap peradaban tertentu.Broek dan Webb (Daldjoeni, 1987) menulis bahwa isi setiap budaya itu adalah : ideologi (system pandangan), organisasi(lembaga kemasyarakatan), teknologi (ketrampilan dan peralatan industri) dan sumberdaya kenikmatan material. Budaya tidak ada yang statis, kecuali pada suku-suku terasing (terisolasi alam), sehingga menderita kemacetan . Suku-suku pribumi di Australia selama berabad-abad hidup dalam zaman batu, yang seakan-akan tak mengalami perkembangan. Namun dengan datangnya kontak dengan dunia luar, yakni karena masuknya orang-orang dari eropa yang menduduki Australia, muncul dinamika pada budaya bangsa pribumi tersebut.
Contoh yang menarik adalah budaya bangsa Eskimo yang selalu dalam proses perubahan. Lima puluh sampai seratus tahun yang lalu, bangsa Eskimo yang mendiami kawasan pinggiran lingkaran kutub utara hidup terpencil dari dunia luar dengan memanfaatkan sumberdaya alam yang tersedia di situ demi bertahan hidup. Segala kebutuhan berupa pangan, sandang, papan, perkakas dan perahu dapat mereka buat sendiri. Tetapi setelah mereka kedatangan bangsa berkulit putih, terjadilah perubahan dalam segala aspek kehidupan mereka.
Dari pengalaman bangsa Eskimo, dapat disimpulkan bahwa budaya dapat berkembang melalui dua cara: (1) penemuan-penemuan di dalam masyarakat yang bersangkutan dan (2) diperkenankannya sesuatu yang oleh pendatang dari luar. Suatu inovasi baru dapat menjadi bagian dari budayanya setelah terlebih dahulu diterima oleh suatu masyarakat.
c. Peradaban (civilization).
Peradaban, adalah pernyataan cara penghidupan manusia (Daldjoeni, 1987). Ini berarti pernyataan itu memberikan coraknya yang khas kepada region yang bersangkutan sebagai suatu kesatuan, sebagai produk kerjasama kekuatan alam dengan campur tangan manusia yang menghuninya. Cara penghidupan (genre de vie) dipengaruhi oleh tiga factor yaitu (1) lingkungan alam, (2) peradaban manusia, dan (3) manusia sendiri, khususnya taraf teknologi dan kehendak bebasnya. Di dalam geografi social, kehendak bebas manusia mencakup penentuan pilihan manusia atas tawaran lingkungannya. Itulah sebabnya itu disebut factor endogen manusia.Adapun factor eksogen manusia, datangnya dari luar misalnya berupa aneka pengaruh penyakit, kelaparan dan bencana alam. Itu semua dipandang mengurangi produktivitas manusia dalam berekonomi. Selain itu, hal-hal seperti faham politik, ideology, keagamaan (aneka tabu dan larangan) yang mempengaruhi mentalitas manusia dalam hidup berekonomi.
2.Evolusi dan Difusi
Para ahli kebudayaan masih memperdebatkan manakah yang benar: kemajuan manusia secara cultural itu hasil usahanya sendiri melalui penemuan yang mandiri, ataukah kemajuan tersebut merupakan hasil dari kontaknya dengan pihak luar? Ada beberapa alasan yng dapat dikemukakan : Pihak yang satu berpendapat bahwa kreativitas manusia dapat diandalkan, sehingga setiap kali ia dihadapkan kepada masalah yang sulit pun ia mampu mengatasinya. Sebaliknya pihak yang lain berpendirian bahwa kemampuan manusia serba terbatas; antropologi memiliki bukti-bukti banyak yang menunjukkan bahwa daya penemuan itu acap kali tak sanggup menemukan jalan keluar dari suatu kesulitan.
Para evolusionis mengatakan bahwa manusia lain dengan hewan, ia merupakan makluk berpikir sehingga bekerja berbekal nalarnya. Mengahadapi masalah ia berusaha memecahkannya meskipun ada kalanya ia tak berhasil juga. Sehubungan dengan ini para geograf Broek dan Webb (Daldjoeni, 1987) mengatakan bahwa orang yang mengatakan bahwa kondisi lingkungan alam itu tidak menentukan gaya hidup manusia, ia toh yakin bahwa penemuan yang sifatnya setempat atau local itu merupakan hasil respons manusia terhadap tantangan lingkungannya. Bukti-bukti yang diajukan oleh para evolusionis sebagai berikut: (1) api, merupakan salah satu penemuan manusia, dan terjadi ini terpisah di berbagai tempat bukan hanya sekali diciptakan dan kemudian tersebar pemakaiannya, (2) Sistem penanggalan, muncul sendiri-sendiri; (3) Kapal ada didunia barat dan juga di Timur, (4) usaha pertanian awal ditemukan suku Indian Amerika terpisah dari yang ditemukan di Asia Tenggara.
Para difusionis berpendapat bahwa perpersebaran harta budaya umat manusia dari tempat yang satu ke tempat yang lain adalah hasil kontak antara bangsa, baik secara langsung maupun tak langsung. Perry mengatakan bahwa segala harta budaya baik jenis material maupun spiritual itu asalnya dari bangsa Mesir Kuno. Para difusionis lain mengatakan :
(1) Kemampuan bertani bahan pangan berasal dari Asia Barat daya
(2) Kompas magnet yang muncul di Eropa abad pertengahan asalnya dari negeri cina, yang penemuannya disana sudah jauh lama sebelumnya.
(3) Kebiasaan merokok itu asalnya dari benua amerika(orang Indian) menjalar ke Eropa lalu tersebar keseluruh dunia.
(4) Kuda yang dinaiki orangorang Indian di Great Pains itu semua diperkenalkan kepada mereka oleh orang-orang Spanyol.
Mana yang benar dari keduanya sukar untuk dikatakan, namun kedua-duanya punya bukti. Tetapi bagaimanapun di mana ditemukan atau di datangkan hal yang baru disitu pasti timbul perubahan kebudayaan
3. Determinisme alam posibilisme dan probabilisme
Paham determinisme alam adalah paham yang mengatakan bahwa segenap kegiatan manusia itu ditentukan sepenuhnya oleh lingkungan alamnya . hal ini karena kegiatan manusia dipengaruhi dan dibatasi oleh factor-faktor alam seperti posisi geografi, struktur daerah, relief, tanah, iklim, persediaan air, tetumbuhan dan hewan. Paha mini dilontarkan oleh Friedrich Ratzel (Jerman)
Paham ini lambat laun luntur oleh munculnya paham baru, yaitu paham posibilisme. Paham Posisbilisme mengatakan bahwa alam lebih berfungsi menawarkan berbagai kemungkinan kepada manusia untuk dimanfaatkan sesuai dengan taraf teknologinya. Posibilisme dilontarkan oleh Vidal de la Blache dan Lucian Febvre dari Perancis (Daldjoeni, 1987) . Dua paham tersebut di atas acap kali dipertentangkan secara ekstrim, dimana dalam determinisme, alam yang berkuasa penuh menentukan budaya manusia, sedangkan dalam posibilisme free will manusia diberi tempat leluasa, tetapi kenyataan yang ada menunjukkan bahwa dalam banyak hal alam masih membatasi kegiatan manusia. juga. Hal ini diungkapkan oleh geograf inggris Sir Dudley Stamp.
Sehubungan dengan itu Spate mengemukakan gagasan tentang probabilisme, isinya meskipun di mana-mana nampaknya cukup banyak tersedia kemungkinan, bahkan beberapa diantaranya lebih probable dibandingkan lainnya, tetapi pada situasi-situasi tertentu alam masih berkuasa.
4. Penaklukan alam oleh manusia
Manusia dalam menghadapi lingkungan alam sebagai sumberdaya dapat menggambarkannya atau mengubahnya menjadi bermanfaat baginya. Meskipun tak seluruh potensi alam dapat dikuasainya, manusia telah mampu mengecilkan atau mengubah efek-efek tertentu dari alam sebagai berikut :
(1) Topografi yang menghalangi lalulintas dapat diberi jembatan atau terowongan
(2) Lereng yang miring dapat ditanami setelah terlebih dahulu diberi teras-teras.
(3) Tanah becek atau perawaan dapat dikeringkan untuk kemudian dijadikan tanah pertanian.
(4) Tanah yang miskin dapat diberi pupuk sehingga berguna
(5) Daerah yang curah hujannya kurang dapat dibasahi dengan usaha pengairan.
(6) Iklim yang tak memungkinkan dapat diusahakan rumah kaca .
(7) Hasil pertanian atau peternakan dapat ditingkatkan melalui usaha penciptaan benih unggul atau jenis yang baru
(8) Gangguan serangga pada pertanian/hewan dapat diatasi dengan penemuan pemberantasan hama dan penyakit hewan
(9) Jarak antara tempat dan selisih waktu yang dapat mengganggu kegiatan manusia dapat di atasi dengan alat-alat komunikasi dan transportasi.
Dari contoh-contoh tersebut di atas jelaslah bahwa usaha manusia melalui teknologinya telah banyak mengecilkan pengaruh dan pembatasan dari pihak alam atas dirinya. Dengan makin majunya ilmu dan teknologi diharapkan keterikatan manusia dengan alam di sekelilingnya menjadi makin kendor.
5. Bentang budaya: bentuk artefak
Bentang alam yang belum dicampurtangani manusia disebut physical landscape atau bentang alam, sedangkan yang telah diubah oleh manusia dinamakan cultural landscape atau bentang budaya. Ini meliputi apa yang kita lihat berupa gedung-gedung, jalan-jalan, perkebunan, waduk air, dan sebagainya. Dengan demikian dapat dikatakan bahw adi desa bentang alam masih luas, sedangkan di kota lingkungan manusia lebih berupa yang artificial yakni ciptaan. Perincian dari man made (artificial) environment kita meliputi artefak-artefak ini : pergedungan, sarana pertanian, saran industri, sarana perairan, sarana komunikasi-transportasi, sarana perairan laut, sarana rekreasi dan sebagainya.
D. Tagihan Lembar Kerja Mahasiswa (LKM)
1. Jelaskan konsep geografi budaya, budaya, masyarakat, peradaban.
2. Jelaskan aspek-aspek yang bterdapat dalam bentang alam budaya.
3. Budaya dapat berkembang melalui dua cara, sebut dan jelaskan.
4. Jelaskan perbedaan pandangan antara kaum evolusianis dengan kaum difusionis
5.Jelaskan perbedaan paham determinisme, posibilisme dan probabilisme
6.Jelaskan tentang penaklukan alam oleh manusia
7. Jelaskan tentang bentang budaya dan contoh-contohnya.
E. Daftar Rujukan
Daldjoeni, 1982, Pengantar Geografi untuk mahasiswa dan guru sekolah, Bandung: Alumni
________, 1987, Pokok-pokok Geografi manusia, Bandung: Alumni.
KEGIATAN BELAJAR 2

Pokok Materi Kawasan-kawasan Budaya
Kompetensi Dasar Memahami Kawasan-kawasan Budaya
Mata Kuliah Geografi Budaya
Kode Mata Kuliah KPI 4528
Bobot SKS 2
Program / Semester S1/ Gasal(V)
Waktu 300 menit ( 3 x pertemuan)

A. Tujuan
Mengembangkan kemampuan mahasiswa untuk memahami dan mendeskripsikan
konsep Geografi Budaya
B. Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan : Kawasan-kawasan Budaya
C Uraian Materi :
1. Pengertian
Kawasan Budaya adalah sekelompok manusia yang memiliki kesamaan dalam hal bahasa, kepercayaan, adat istiadat, dan corak matapencaharian sejenis dengan lingkungan kemasyarakatan yang khusus pula., mewujudkan suatu kelompok cultural. Adapun wilayah geografinya secara luas yang mewadahinya dinamakan kawasan budaya sebagai terjemahan dari cultural region.
Untuk dapat mewujudkan sebagai suatu kawasan budaya diperlukan dua syarat penting :
(a) harus ada beberapa aspek dari budayanya yang terwakilkan dalam kawasan yang bersangkutan sebagai kombinasi kenampakan budaya yang dapat diakui sebagai suatu kesatuan
(b) Haruslah kawasan yang satu berbeda jelas dari kawasan lainnya untuk dapat diakui berdasarkan batas-batasnya yang konkret.
Sebenarnya perbedaan dengan kawasan tetangganya yang lain secara kultural tidak mutlak, jadi dapat bersifat relative saja. Namun ini bahasa, kemelekhurufan, agama, dan keyakinan, organisasi kemasyarakatan, pandangan social, permukiman dan arsitektur serta kegiatan ekonominya.
Berdasarkan itu semua, permukaan bumi dapat dibagi menjadi sembilan kawasan budaya, seperti berikut :
1.Kawasan Budaya Kutub
◊ meliputi daerah berlintang tinggi, terutama belahan bumi utara yang tertutup es, salju,tundra
◊ suku aslinya mongoloid, hidup secara nomadis (bangsa Lap dan Samoyed di Eropa Utara)
◊ mata pencaharian menangkap ikan, memelihara rusa(ren)
◊ Sumberdaya alam serba langka, sehingga barang-barang dibuat dari bulu,kulit,tulang/tanduk
Hewan
◊ kehidupan nomadis mengandung beberapa ciri kegotongroyongan yang bercorak komunalisme
primitive.
◊ organisasi politik tidak berkembang, rumah berupa tenda-tenda dari kulit dan tulang
2. Kawasan Budaya Eropa dan Anglo-Amerika
Peradaban Eropa atau Barat bersumber pada dasar Yunani, Romawi dan Yahudi-Kristiani: unsure Yunani memperjuangkan kebenaran, unsure Romawi memperjuangkan keadilan, dan unsure Yahudi-Kristiani memperjuangkan kkasih.
◊ Watak keseluruhan peradaban Barat adalah agresif, serakah dan progresif.
◊ ras berkulit putih yang tersebar di tiga bagian yaitu Nordik di Utara(Jazirah Skandinafia) Alpin
di pegunungan alpin, dan Mediteran disekitar laut tengah
◊ agama pada umumnya Kristen, matapencarian agraris tinggi tarafnya, industri berteknologi
modern, urbanisasi dan mobilitas sosial meningkat secara berdampingan
◊ spesialisasi meluas disegala bidang, kreatitas tinggi
◊ paham politik lahir dari Eropa, ada kerjasama dibidang ekonomi (MEE)
Di Amerika Utara terdapat kawasan budaya Anglo Amerika dengan ciri-ciri :
◊ kultur warisan Eropa, keakayan alam berlimpah seperti USA dan Kanada
◊ kapitalime, industrialisme, dan urbanisasi bersama-sama memuncak
◊ teknologi sangat modern, tingkat pendidikan penduduk tinggi
◊ demokrasi politiknya sangat liberal serta sangat agresig dan progresif.
3.Kawasan Budaya Amerika-Latin
Kawasan ini berada di Amerika tengah dan Selatan, sehingga disebut kawasan budaya Amerika Latin,
◊ imigran-imigran kebanyak dari jazirah Iberia (Spanyol) maka bahasa umum yang tersebaradalah bahasa Spanyol, kecuali Brazil menggunakan bahasa Portugis sebagai lingua franca
◊ agama yang umum adalah Katolik Roma
◊ system pemilikan tanah serta hukumnya sama seperti dari daerah asalnya di Eropa sekitar Laut
Tengah
◊ Arsitekturnya sama dengan daerah asal yaitu mediterania, kebudayaan pribumi Indian juga
masih nampak berkembang.
◊ Perbedaan antara kaya dan miskin sangat tinggi
◊ pemerintahan militer dictatorial cukup menonjol
4. Kawasan Budaya Kering
Kawasan ini meliputi kawasan Asia bagian tengah berisi kawasan kering
◊ Secara klimatologias dinamakan Kawasan semiarida sampai arida
◊ bangsa dengan budaya yang berbeda-beda, dengan matapencarian beternak, disamping
bertani sedenter karena ada oase
◊ komunikasi dan transportasi antar kawasan diusahakan oleh karavan atau kafilah
◊ agama umumnya adalah Islam dengan type budaya makin ke Barat bercorak Arab Barber,
sedang makin ke timur bercorak Turki-Mongolia.
◊ Negara-negara dengan perekonomian minyak bumi yang dominan
5. Kawasan Budaya Afrika
Secara kasar orang menyebut benua Afrika sebagai kawasan bangsa Negro.
◊ penduduknya beraneka ragam menurut etnik, bahasa dan agama serta budaya.
◊ komunikasi dan transportasi kurang memadai
◊ matapencaharian peternakan dan pertanian tradisional
◊ pemerintahan kaum pribumi sangat terbatas, peperangan antar suku sering terjadi
◊ Agama umumnya semula animistis, sedang di bidang budaya material, arsitektur bangunan
amat rendah mutunya.
◊ Ikatan suku dan agama asli animistis penuh dengan praktek perdukunan dan ketakhayulan.
◊ pemerintahan militer dictatorial
6. Kawasan budaya Timur
Kawasan ini meliputi Asia beriklim musim (monsoon Asia)
◊ keberagaman etnik, linguistic dan agama
◊ kemiskinan secara material masih menonjol, kelambanan ekonomi, kecuali Jepang, Hongkong
dan Singapura.
◊ jumlah penduduk yang besar, dengan tingkat kebutahurufan yang tinggi dan pola hidup di
pedesaan .
Seluruh kawasan beriklim musim di Asia masih dapat dibagi menjadi: kawasan India, kawasan Timur jauh, kawasan Indo-china dan kawasan Nusantara (dulunya Hindia Timur yang mencakup Indonesia, Filipina dan negeri-negeri Melayu lain).
7. Kawasan budaya Australia-Zelandia Baru
◊ Kawasan ini berakar pada budaya Eropa.
◊ matapencarian pertanian dan industri, dengan taraf hidup yang tinggi.
◊ Pendidikan penduduknya tinggi, bersemangat dan progresif
◊ sebagaian besar hidup diperkotaan, sedang budaya pengaruh Amerika masuk dengan pesatnya.
8. Kawasan budaya Pasifik
Kawasan ini meliputi Melanesia, Mikronesia dan Polinesia. Jumlah seluruh penduduk kepulauan itu sekitar 5 juta jiwa tahun 1987.
◊ Beranekaragam budaya, semuanya berasal dari Asia
◊ matapencaharian dibidang kelautan, penggarapan tanah sederhana.
◊ ekonomi pribuminya adalah mengumpulkan hasil, dan menangkap ikan.
◊ sehabis perang dunia kedua tiba gerakan kebangkitan bangsa-bangsa di Oseania dibidang
politik, budaya, ekonomi dan social.
9. Kawasan budaya Komunis
◊ Eropa bagian Timur dan bagian besar dari wilayah Rusia secara cultural sebeanrnya dekat
dengan Eropa Barat. Namun, Rusia dan Negara-negara satelitnya di Eropa Timur mengklaim
pemilikan atas corak budaya tertentu, karena komunisme dengan system ekonomi dan politik
yang digariskan Karl Marx mendasari hidup kemasyarakatan di sana secara khas.
◊ Kapitalisme dan demokrasi sebagaimana hidup di Eropa Barat merupakan antitema dari
gagasan yang ada di kawasan Eropa Timur dan Rusia. Perkembangan Negara-negara di sana
didasarkan atas planning model mereka sendiri dan nyatanya berhasil pula membawakan
kemakmuran
D. Tagihan Lembar kerja Mahasiswa (LKM)
1. Jelaskan tentang kawasan budaya
2. Kawasan budaya dapat terwujud, diperlukan dua syarat. Sebut dan jelaskan.
3. Uraikan tentang kawasan budaya dipermukaan bumi.
4. Jelaskan kawasan budaya di Indonesia, dan Nusa Tenggara Timur
E. Daftar Rujukan
Daldjoeni, 1982, Pengantar Geografi untuk mahasiswa dan guru sekolah, Bandung: Alumni
________, 1987, Pokok-pokok Geografi manusia, Bandung: Alumni.









KEGIATAN BELAJAR 3

Pokok Materi Agama dan latar belakang Geografisnya
Kompetensi Dasar Memaham agama dan latar belakang Geografisnya
Mata Kuliah Geografi Budaya
Kode Mata Kuliah KPI 4528
Bobot SKS 2
Program / Semester S1/ Gasal(V)
Waktu 300 menit ( 3 x pertemuan)

A. Tujuan
Mengembangkan kemampuan mahasiswa untuk memahami dan mendeskripsikan
konsep agama dan latarbelakang geografisnya
B. Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan : Agama dan Latar belakang Geografisnya.
C Uraian Materi :
1. Pengertian
Menurut Daldjoeni (1987) Agama didefinisikan sebagai usaha untuk menerangkan rahasia kehidupan Yang Maha Kuasa dilengkapi dengan system perilaku peribadatan yang beraneka bentuknya.
Berdasarkan dugaan umum agama itu bermula pada penghormatan alam. Bagi masyarakat yang masih primitive kehidupannya, alam disekitarnya itu penuh berisi kekuatan rahasia seperti halilintar, ledakan gunung api, pasang dan surut air laut atau basah keringnya sumber air, semuanya itu diyakini sebagai pernyataan roh-roh. Dengan demikian dunia ini penuh dengan roh, sementara diantaranya dipandang luar biasa sehingga dijadikan dewa atau illah, yang disembah karena suci dan perlu diberi sajian atau korban. Karena itu muncul politeisme, yakni penghormatan kepada banyak dewa atau illah. Kemudian dalam agama Hindu, adanya macam-macam dewa itu dipandang sebagai pernyataan belaka dari satu yang paling berkuasa. Akhirnya munculnya kepercayaan kepada satu Tuhan saja yakni pada Yudaisme yang dilanjutkan oleh agama Kristen dan Agama Islam.
Di samping tiga agama tersebut kini agama-agama lainnya adalah Hinduisme, Budisme yang berasal dari India, di negeri China ada Konfusianisme dan Taoisme sedangkan di Jepang ada Shintoisme sebagai agama nasional. Meskipun agama-agama yang disebut di atas memiliki kawasan geografis masing-masing sebagai tempat lahirnya, tetap agama pada hakikatnya tidak terbatas oleh konsisi alam tertentu. Contohnya agama Kristen tersebar di seluruh permukaan bumi meski asalnya dari Palkestina dengan iklim pinggiran guru dan dengan matapencarian peternakan.
2. Agama-agama besar di dunia.
a. Agama Kristen
Agama ini didasarkan pada ajaran Yesus (Palestina Utara) pada abad pertama tarikh Masehi. Sekarang jumlah penganutnya kurang lebih satu milliard orang. Meskipun sekte-sekte di dalamnya banyak, pada dasarnya ada tiga cabang yang utama :
(1) Gereja Roma Katolik: Gereja ini organisasinya berpusat di Roma, pemimpinnya adalah Paus. Pemimpin pertama dahulu adalah Petrus, salah satu dari 12 murid Yesus Kristus. Jumlah penganut Katolik sedunia sekitar 700 san juta orang.
(2) Gereja Ortodoks Timur,: Gereja ini semula satu dengan Roma Katolik, tetapi sejak abad ke 11 melepaskan diri karena di Eropa Timur berkuasa Kerajaan Romawi Timur yang berpusat di Konstatinopel (Istambul) . Gereja ini semula bernama Gereja Yunani Katolik dan anggotanya tersebar di negeri-negeri Yunani, Rusia, Armenia (keduanya mengelilingi pegenungan Kaukasus) termasuk di dalamnya mula-mula juga Gereja Kopti (Mesir) dan Gereja Timur (Suriah, Libanon, Palestina), lama kelamaan bagian-bagiannya lepas setelah Gereja Ortodoks tatakerjanya di bawah pemerintahan dunia, misalnya di zaman czar-czar di Rusia. Jumlah anggotanya kurang lebih 200 san juta.
(3) Gereja-gereja Protestan
Lahirnya di dalam abad ke-16 sebagai protes dari tokoh-tokoh reformasi seperti Luther, Calvin, Zwingli. Gereja Protestan ini dinamakan juga Gereja Reformasi. Organisasinya tak terpusat, karena tatakerjanya lebih nasional. Adapun sekarang secara federatif berkumpul di bawah organisasi yang namanya Dewan Gereja Dunia yang pusatnya di Genewa. Jumlah penganutnya sekitar 300 san juta. Di Indonesia gereja-gereja protestan bersatu dalam organisasi PGI (Persatuan Gereja Indonesia).


b. Agama Yahudi
Agama Yahudi dikenal dengan sebutan Yudaisme. Bangsa Yahudi sudah sejak zaman awal menukar politeisme dengan monoteisme. Dalam agama yahudi kesusilaan bertalian erat dengan agama. Meski sejak abad pertama bangsa Yahudi tersebar ke seluruh permukaan bumi (disebut diaspora) dan mengalami berbagai penderitaan di negerinya baru masing-masing bangsa tersebut tetap memiliki ikatan satu. Dengan jumlah yang hanya sekitar 20 an juta jiwa bangsa tersebut pengaruhnya besar dari abad kea bad di bidang ekonomi dan ilmu pengetahuan barat.
Sejak abad ke-19 berdiri gerakan zionisme yang bertujuan mengembalikan Bangsa Yahudi ke palestina melalui imigrasi bertahap. Akhirnya pada tahun 1948 berdirilah Negara Israel yang penduduknya sekarang kurang lebih 1,4 juta orang. Agama Kristen memiliki akar-akarnya dalam Yudaisme.
c. Agama Islam
Agama ini ditegakkan pertama kali oleh Nabi Muhammad (570-632) di Arabia. Sewafat beliau dalam jangka waktu dua abad agama islam telah berhasil bertebar di sepanjang pantai Utara Afrika ke Timur sampai Asia Tengah, bahkan akhirnya lewat anak benua India sampai ke Indonesia pula serta negeri Cina. Jumlah Umat Islam seduania saat ini sekitar 700 san juta. Dengan dua mazhab yang terkenal yakni Sunni dan Syiah.
d. Agama Hindu
Hampir semua penganutnya tersebar di anak benua Hindia dan jumlah pengikutnya ada hampr 600 san juta orang. Agama tersebut berkembang dari bentuk Brahmanisme yang memuja roh-roh illahi. Brahmanisme yang awal dipengaruhi oleh agama Budha. Dalam agama Hindu dipuja banyak dewa dan dewi yang semuanya itu mewujudkan pernyataan belaka dari Brahma. Agama Hindu mengajarkan praktek yoga yakni disiplin jasmani dan mental berupa meditasi serta penyiksaan tubuh untuk tercapainya kedamaian dan kebahagiaan rohani.
Dalam agama ini para pengikutnya terbagai atas empat kasta yang akibatnya nampak pula di dalam kehidupan ekonomi. Banyak pemimpin nasional India yang ingin meniadakan kasta ini agar kehidupan menjadi manusiawi.

e. Agama Budha
Pendirinya adalah Gautama yang mendapatkan pencarian pada abad ke 5. Kepercayaan ini menjauhi segala macam spekulasi mengenai Tuhan dan universum. Penganutnya tersebar di anak benua Hindia, Cina serta Asia Tenggara. Setelah berselang seribu tahun jumlah penganutnya berkurang drastic di India, karena mereka kembali kepada ajaran Brahmanisme. Budisme terbagi atas dua mazhab,yakni Mahayana yang tersebar di Tibet, Mongolia, Cina, Korea dan Jepang, serta Hinayana yang tersebar di Srilanka, Burma, Muangthai, Kamboja dan Vietnam. Di Indonesia (bali dan Jawa) pun ada umat Budis.
f. Agama Konghucu dan Tao
Dua kepercayaan ini terdapat di cina, sumbernya adalah ajaran Konghucu (abad ke 5) dari Cina Utara dan ajaran Laotse (abad ke-6) dari cina Selatan. Kepercayaan Konghucu lebih bertalian dengan hidup sehari-hari yang mengejar moralitas terutama, sedang dalam Taoisme lebih meninjol usaha manusia hidup selaras dengan alam. Kemudian sebagai kepercayaan nasional yang mengutamakan praktek pemujaan leluhur. Kedatangan komunisme di Cina sedikit banyak merongrongi kepercayaan tradisional tersebut.
3. Persebaran Geografis Agama-agama
Persebaran geografis agama-agama pada umumnya ditentukan oelh tiga factor yaitu :
a. daya tarik yang dimiliki masing-masing agama tersebut yang terdapat dalam system ajaran
b. semangat penyiarannya untuk mendapatkan penganut baru setelah berhasil ditobatkan.
c. Masa tertentu dalam sejarah yang berpengaruh, misalnya perpindahan bangsa-bangsa, perniagaan jangka panjang serta dominasi politik dan pemerintahan.
Hanya agama yang sifatnya kepercayaan nasional saja ( seperti agama Shinto di Jepang) yang terbatas wilayahnya. Adapun Kongfusionisme menyebar pula ke Asia Tenggara, tetapi pemeluknya khusus terbatas pada kaum Hwakiauw (Cina seberang). Agama-agama besardunia seperti Kristen, islam , Buda misalnya persebarannya tak dibatasi oleh geografis negeri lahirnya.
Meskipun demikian, latar belakang alami atau factor geografis dari masing-masing agama itu ada pula jika persebarannya dipelajari dengan seksama. Misalnya yang menyangkut agama islam, lahirnya kepercayaan ini daerah tepi-tepi gurun dengan matapencarian peternakan dan perniagaan. Persebarannya semula khususdi wilayah-wilayah arida dan semi arida di Asia barat, tetapi kemudian menyebar pula ke lembah-lembah sungai besar seperti Efrat-Tigris dan Nil, juga Indus, bahkan kemudian lagi sampai pula di Afrika sepanjang pantai Utara terus masuk jazirah Iberia (Spanyol) dan Eropa Timur masuk wilayah Balkan. Adapun kearah timur laut mengikuti jaringan jalan perdagangan kuno menutup lewat pinggiran. Selatan Rusia masuk ke Cina, yang ke Indonesia kita kenal mengikuti arus perdagangan pula. Dengan demikian tadi agama Islam menjadi kepercayaan pokok di wilayah-wilayah basah karena cukup hujannya sepanjang tahun.
Agama Kristen mula-mula memang lahir di Palestina, kemudian melalui persebarannya di Asia kecil(Turki sekarang) masuk Yunani kuno dan jazirah Italia waktu masih kerajaan Romawi. Kemudian di Afrika anehnya terbats bertahan di Ethopia yang kondisi geografisnya lain sama sekali dengan wilayah-wilayah sekitarnya yang agamanya Islam. Penyiaran agama Kristen di seluruh Eropa baik Timur maupun barat bertalian erat dengan penyiaran peradaban oleh raja-raja Kristen seperti yang berkuasa di perancis, Jerman dan Rusia serta Inggris. Adapun tersiarnya ke benua-benua lain mengikuti sejarah penemuan benua baru, perdagangan dunia, penjajahan dan penyiaran agama secara khusus melalui zending (Protestan) dan missi (katolik).
4. Pengaruh geografi terhadap agama
Setiap kepercayaan atau agama mengalami pengaruh atau pengubahan tertentu oleh lingkungan alamnya. Lima perinciannya sebagai berikut :
a. Obyek yang dipuja memiliki hubungan erat dengan kondisi lingkungan alam,
misalnya :
(1) Di daerah –daerah peredaran musim tak menentu, disana dihormati dan disembah dewa hujan; ini terdapat di India bagian yang kering dan bagian besar dari benua Afrika
(2) Di Dataran Tinggi pegunungan Andes yang berhawa dingin dan sinar mataharinya serba terbatas, penduduk Indian memuja dewa matahari
(3) Masyarakat nelayan di pantai-pantai menghormati dewa atau dewi lautan secara khusus
(4) Di Mesiar kuno, lembah sungai Nil dengan banirtahunannya, dipandang sebagai lambang kehidupan sebaliknya gurun pasir di sebelah menyebelahnya merupakan lambang maut. Sebab itu sungai Nil pun disembah sebagai dewa kehidupan.

b. Gagasan mengenai sorga pun dilator belakangi kondisi geografis, senagai berikut :
(1) Di daerah-daerah yang kering panas, misalnya di sekitar gurun-gurun Arab, sorga
digambarkan sebagai taman firdaus yang serba sejuk hawanya, penuh pepohonan
rindang dan air yang cukup. Agama Yahudi, Kristen dan Islam menggambarkan
seperti itu.
(2) Bangsa-bangsa yang mendiami daerah dingin sekitar lingkaran kutub utara misalnya
bangsa Eskimo di Greenland mempercayai sorga sebagai tempat yang hangat dengan
api unggun dan penuh berisi makanan yang lezat.
c. Tempat-tempatibadat agama serta bangunan-bangunan yang dipersemabhkan
untuk para dewa, sedikit banyak dipengaruhi kondisi alam disekelilingnya.
(1) Di zaman abad pertengahan katedral (gereja-gereja besar) memiliki menara-menara
yang tinggi dengan puncak-puncaknya yang runcing, sedang jumlah jendela dibuat
banyak untuk memasukkan banyak sinar matahari.
(2) mesjid-mesjid sebagai rumh ibadat agama islam dibangun begitu rupa sehingga
dinding-dindingnya dan emper-empernnnya mengurangi hawa panas;adanya hiasan
berupa mozaik selain meantulkan terang juga memberikan kesan sejuk.
d. Beberapa jenis tanaman tertentu melambangkan sesuatu menurut agama yang
bersangkutan.
(1) Dalam agama budha dikenal tanamn bunga seroja.
(2) Di kalangan bangsa germania kuno pohon oak (eik) di anggap suci ; begitu pula jenis pohon spar (cemara).
(3) Dalam agama Shinto konfiera penting.
(4) Bangsa inggris menghormat pohon mistletoe.
e. ajaran yang tertulis dalam kitab-kitab suci pun mencerminkan banyak kondisi
lingkungan daerah asal agama yang bersangkutan.Dalam alkitab (bible) ada ajaran
tentang gembala yang baik di mana Tuhan itu sang gembala dan umat manusia itu
domba-dombaNya.ini bertalian dengan matapencarian peternakan domba di
palestina.Juga tentang kristus sebagai pohon anggur di daerah tersebut.
5. pengaruh agama terhadap kehidupan manusia.
Pengaruh agama nampak dalam kegiatan perekonomian manusia,juga perilaku sosialnya serta pandangan hidupnya. Misalnya:
(a) Gereja Roma Katolik pada dasarnya melarang pemakaian alat-alat pencegah kehamilan dalam mengatur jumlah kelahiran.Dengan cara ini masalah-masalah kependudukan di Italia cukup membengkak dan ajaran gereja disitu menjadi penyebabnya.
(b) Poola dan intensitas kepadatan penduduk serta mobilitas penduduk banyak dipengaruhi oleh agama,misalnya pemujaan para leluhur di cina,poligami dalam masyarakat beragama islam,perkawinan pertama pada usia yang relative muda pada masyarakat hindu.
(c) Karena bangsa yahudi sebagai bangsa pendatang dimana-mana dilarang bertani dan memiliki pabrik,maka mereka giat dalam perdagangan sehingga menjadi kaya secara financial dan berpengaruh pula di bidang akademik.
(d) Kepercayaan islam acapkali mengerem pemeluknya untuk kegiatan di bidang pertambangan,perdagangan,peminjaman uang,sehingga merugikan.
(e) Dalam masyarakat beragama hindu terdapat pembagian kegiatan ekonomi yang berdasarkan kedudukan orang dalam kastanya.Misalnya pekerjaan menatu hanya tepat bagi kasta terendah yakni sudra.
(f) Di India hadirnya banyak sapi tak dapat dimanfaatkan dagingnya atau susunya karena binatang tersebut tergolong suci sehingga perlu dihormati.Kotorannya pun tak segera dapat disingkirkan ,menantikan keringnya: penduduk menuai penyakit yang disebabkanmya.Gizi jelek pun bersumber dari sucinya binatang tadi.)
(g) Dalam masyarakat buda hewan-hewan tersebut tidak boleh disembelih ataupun diternak ;akibatnya penduduk hidup sebagai vegetarian artinya khusus makan dari bahan tertumbuhan saja .
(h) Babi dipandang haram dalam kepercayaan yahudi dan islam;dengan demikian di negri-negri & Israel berkembang sama sekali peternakan babi.

(i) Berdampingan dua agama yang berbeda ajarannya dapat menimbulkan konflik
yang kadang-kadang sampai berdarah pula,misalnya masyarakat Hindu-Islam,
protestan-katolik (di irlandia).Kristen-islam di Libanon.
D. Tagihan Lembar kerja Mahasiswa (LKM)
1. Jelaskan pengertian dari agama
2. Jelaskan tentang agama-agama besar di dunia
3. Jelaskan persebaran geogeafis agama-agama
4.Jelaskan pengaruh geografi terhadap agama
5. Jelakan pengaruh agama terhadap kehidupan manusia
E. Daftar Rujukan
Daldjoeni, 1982, Pengantar Geografi untuk mahasiswa dan guru sekolah, Bandung: Alumni
________, 1987, Pokok-pokok Geografi manusia, Bandung: Alumni.




















KEGIATAN BELAJAR 4

Pokok Materi Bahasa Umat Manusia
Kompetensi Dasar Memahami Bahasa Umat Manusia
Mata Kuliah Geografi Budaya
Kode Mata Kuliah KPI 4528
Bobot SKS 2
Program / Semester S1/ Gasal(V)
Waktu 300 menit ( 3 x pertemuan)

A. Tujuan
Mengembangkan kemampuan mahasiswa untuk memahami dan mendeskripsikan
konsep Bahasa Umat Manusia
B. Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan : Bahasa Umat manusia
C Uraian Materi :
1. Asal Mula bahasa: klasifikasi bahasa
Perkembangan penggunaan bahasa termasuk ucapannya merupakan salah satu unsure penting dari perkembangan evolusi cultural umat manusia. Bahasa dapat dilihat sebagai bagian budaya manusia yang sejajar dengan organisasi kemasyarakatan serta agama. Pentingnya bahasa sebagai harta budaya yang mendukung hidup bermasyarakat pada manusia, ada dua alasan sebagai berikut :
a. Hanya dengan ucapan dan gerak-gerik saja manusia dapat berkomunikasi dengan sesamanya
b. Pewarisan pengalaman nenek moyang(warisan cultural) kepada anak cucu dilaksanakan melalui bahasa (dalam bentuk ceritera atau tertulis)
Pada tahap perkembangan awal dari kehidupan manusia komunikasi pemikiran dan gagasan kedudukannya sudah penting; apa lagi di zaman modern sekarang. Bayangkan suatu masyarakat yang terputus komunikasinya karena macetnya media massa (radio, televise, surat kabar), meskipun komunikasi lisan antar warganya masih mungkin juga.
Bahasa manusia tumbuh pertama kali dari bunyi-bunyi yang melambangkan sesuatu secara sederhana. Ingatlah akan bahasa kita yang yang sumbernya bahasa melayu dan kata-katanya yang tertua misalnya : pipi, pupu, gigi, dada, yang kesemuanya adalah bunyi sederhana belaka.
Sekarang di dunia telah ada ribuan bahasa regional yang oleh para ahlinya berhasil dapat diklasifikasikan ke dalam berbagai linguistic families, misalnya kebanyakan bahasa di Eropa tergolong Indo-Europ. Di dalamnya dengan sendirinya terdapat berbagai dialek sebagai varian setempat (local) yang bedanya dari lainnya terdapat pada kekhususan ucapan, kosakata dan kadang-kadang tatabahasa. Di samping bahasa-bahasa yang hidup, dikenal pula bahasa-bahasa yang telah mati, namun masih dipelajari orang untuk keperluan agama atau ilmu pengetahuan, misalnya bahasa latin, bahasa jawa kuno (Kawi).
Para geograf juga mempelajari bahasa umat manusia, tetapi yang berlian dengan persebarannya serta klasifikasinya dalam rumpun-rumpun; dibelakang itu semua dapat diketahui sejarah asal tempatnya serta perpindahannya ke berbagai permukaan bumi lainnya melalui proses migrasi bangsa-bangsa. Diperkirakan ada sekitar 15 rumpun bahasa utama di dunia kita; tiap rumpun dapat dibagi menjadi beberapa cabang rumpun dan ini terbagai lagi atas macam-macam bahasa, misalnya rumpun bahasa Indo-Eropa mempunyai cabang rumpun bahasa Germanis; meliputi tiga bahasa-bahasa Jerman,Inggris, Belanda, Flamia (belgia Utara), Frisia (belanda Utara), Denmark, Swedia, Norwegia, Faruria (pulau Farur) dan Eslandia. Peta terlampir melukiskan persebaran rumpun bahasa yang utama di bumi kita.
2. Pentingnya bahasa
Mengapa bahasa itu penting dari tiga alas an dapat didipahami kepentingannya :
a. Bahasa umum yang dipakai mewujudkan factor pengikat bagi suatu kelompok social.
Dengan demikian ikatan ini tercipta saling pengertian sehingga memunculkan rasa
kenasionalan. Sebaliknya perbedaan bahasa baik dalam satu negara maupun antara
dua negara dapat menimbulkan hambatan bagi kerjasama dan saling pengertian.
b. Dalam dunia perdagangan diperlukan komunikasi jelas dan sarananya adalah bahasa.
Untuk berdagang secara barteran pada masyarakat primitive tanpa dibutuhkan adanya
bahasa lisan atau tertulis, tetapi dalam dunia maju halnya lain. Bangsa Funisia kuno (di
Libanon sekarang) memiliki system alfabetkarena kegiatan perdagangan mereka
dengan transaksi dan akuntansinya memerlukan suatu bahasa tertulis.
c. Telaah atas hubungan antara bahasa yang satu dan lainnya menjelaskan perpindahan
bangsa-bangsa di masa lampau, misalnya : suatu bangsa Indian (Mandan) di Amerika
Utara memiliki beberapa kosakata yang mirip dengan bahasa dialek Wals dari Inggris;
dapat disimpulkan bahwa sebelum Columbus mencapai benua baru itu, telah ada
kontak antara bangsa Wals dengan bangsa Indian.
Bahasa-bahasa Eropa telah dikembangkan begitu rupa sehingga mampu melayani kebutuhan untuk komunikasi dalam artian yang luas; ini bertalian dengan makin banyaknya dipakai sarana telegram, telepon serta bahasa perniagaan. Bahasa-bahasa perniagaan yang penting di dunia kita adalah sebagai berikut :
(1) Bahasa Inggris; ini paling luas sebarannya; sebagai bahasa ibu dipakai di Inggris Australia, Zelandia baru, Kanada. Sebagai bahasa resmi di bekas wilayah-wilayah kekuasaan Inggris, di Amerika Serikat, Afrika Selatan dan negeri lain lagi seperti India, Pakistan
(2) Bahasa Prancis; dulunya ini merupakan bahasa budaya dan diplomasi di eropa.diluar itu juga dikenal di afrika utara dan afrika tengah serta asia tenggara(Vietnam).di Canada masih ada kaum minoritas yang berbahasa prancis.
(3) Bahasa Iberia, yaitu bahasa portegis & spanyol.keduanya masuk golongan bahasa latin,sehingga amerika selatan dan amerika tengah dinamakan amerika latin karena di brazil dipakai bahasa portegis dan Negara sisanya bahasa spanyol.Latarbelakang sejarahnya dapat menjelaskan semuanya itu.
(4) Bahasa Rusia dipakai selain di Rusia sendiri juga di Negara-Negara komunis,sehabis perang dunia bahasa ini makin meluas kemana-mana dan di Negara komunis non-rusia meningkat menjadi bahasa kedua.
(5) Bahasa Jerman,dikenal & dipakai di Eropa Tengah sebagai bahasa ilmu pengetahuan.Adapun di jerman,Austria dan Swis dipergunakan sebagai bahasa Ibu.
3. Lingua franca
Dengan lingua franca dimaksud bahasa pergaulan umum yang dipakai,misalnya di negri kita sejak zaman dahulu bahasa melayu merupakan lingua franca; Pemanfaatannya untuk perdagangan tetapi oleh belanda juga dipakai untuk memerintah jajahannya hindia belanda.bahasa inilah yang kemudian dijadikan bahasa nasional Indonesia.Belgia & swis tak memiliki bahasa nasional tunggal.Di Belgia Utara dipakai bahasa Flam (belanda) dan di selatan bahasa Wal (perancis) adapun di swis dipakai tiga bahasa:Jerman,Prancis,Italia(lihat peta 8).
Di pantai-pantai sekeliling laut tengah dulu dipakai bahasa Italia yang dicampur dengan kosakata bahasa-bahasa lokal.Waktu itu wilayah sekitar laut Tengah dinamakan Levant.Untuk Zaman sekarang ,lingua franca lain yang masih hidup sebagai berikut :
(a) Bahasa Inggris Pidgin (Pidgin English); Di dalam nya dicampuradukan bahasa inggris dengan portegis dan cina; tata bahasanya yang dipakai yang dari bahasa cina itu.Bahasa banyak dipakai di Asia tenggara (Singapura,Hongkong).
(b) Bahasa Swahili,berasal dari bahasa Bantu dicampur dengan bahasa Arab,Inggris portegis dan Hindustani.Ini dipakai secara luas di Kenia dan Tanzania bahkan pula di kalangan suku-suku di lembah Zaire.
(c) Bahasa Perancis-Creol yang terutama digunakan di Louisiana dan Haiti(Amerika Tengah
Bahasa-bahasa modern di Asia
a. Rumpun Bahasa Altai yakni (1) cabang Turki yaitu bahasa-bahasa Turki, (2) Cabang
Mongol yakni-yakni Bahasa-bahasa Mongol
b. Rumpun bahasa Indo-Eropa yakni (1) Cabang Erania yaitu bahasa Pashto (Afgan), dan
bahasa Baluchi, Punjabi, Rajastani dan Gujarati, Bihari, Benghali; (2)cabang Indo-Aria
yaitu bahasa Sindi, bahasa Lahnda, Nepali (Ghurka),Hindustani, Marathi, Assami,
Singhali; (3) Cabang bahasa Dardi, misalnya Bahasa Parsi dan lain-lainnya yang
diucapkan di India Utara dan India Barat.
c. Rumpun bahasa Dravida yaitu Brahui, Telegu, Kanari, Mayalayam, Tamil.
d. Rumpun bahasa Cina-Tibet yakni (1) cabang Tibet Burma yaitu Tibet dan Burma;
(2) Cabang bahasa Cina-Siam yaitu Cina Peking (mandarin Utara), Cina-Kanton
(bahasa Kanton, Bahasa-bahasa Cina campuran, Thai dan Shan.
e. Rumpun bahasa Austro-Asia (relasi amat kabur) yakni (1) Cabang Mon-khmer yaitu
Khmer (kamboja dsb), Mon, dan Nikobar; (2) Cabang Annam; (3) Bahasa-bahasa sisa
masa lampau tak dipertahankan. Banyak yang tak cukup mendalam distudi dan
diklasifikasikan
f. Rumpun bahasa Austronesia yakni (1) cabang Indonesia (Melayu) yaitu Cham, Melayu
Sumatera, Dayak Kalimantan, Moro-Mindanao, Bisaya, Tagalok, Jawa, Sulawesi,
Sumba, Timor-Seram, dan Irian Jaya.
g. Cabang Papua yaitu Halmahera dan Irian
h. Bahasa Majemuk(pola linguistic campuran) yaitu Ryukyu, Jepang, dan Korea.
I. Wilayah dengan banyak bahasa yaitu Munda-Oriya-Kurukh, Turki-Tibet-Dardi, Indo-
Eropa dan campuran Cina Tibet, Cina-Tibet -Thai-Mon-Khmer, Kelompok Cina-
Aman-Thai-Sham-Karen, Burma-Keren-Mon-Thai, Kelompok Andaman-Burma,India
campur Melayu Cina.
Kota metropol dan sekitarnya serta kawasan-kawasan local memiliki bahasa-bahasa di Asia menurut rumpunnya masing-masing, tetapi, polakan.
4.. Bahasa-bahasa di Asia
Bahasa acap kali tak ada hubungannya dengan ras. Contohnya di Amerika Serikat yang negerinya kedatangan orang-orang dari berbagai ras, sehabis berlalu tiga generasi bahasanya dapat menjadi sama yaitu bahasa Inggris. Adapun untuk Asia halnya lain. Peta bahasanya menunjukkan suatu mozaik berisi ribuan bahasa dan dialek yang rumit. Dari peta tersebut sebenarnya dapat ditelusuri gerak perpindahan bangsa-bangsa dan bahasanya untuk suatu wilayah dapat terjadi terhapusnya bahasanya yang asli.
Bahasa rumpun Indo-Eropa terdapat di jazirah India bagian Utara; di Selatannya bertahanlah bahasa rumpun Dravida. Di negeri Cina Utara pun dialek Cina yang satu bertarung dan bercampur dengan dialek lain yang datangnya dari luar. Bahasa-bahasa Negrito yang terbesar di Asia Tenggara sudah luntur, tinggal sisa-sisanya saja karena didesak oleh bahasa-bahasa dari penduduk yang mengungkungnya. Sebaliknya cabangnya yang berupa bahasa Andaman relative lebih lestari, karena tempat pemakaiannya ada di kepulauan.
Para ahli bahasa berusaha keras untuk mengelompokkan bahasa-bahasa di Asia menurut rumpunnya masing-masing, tetapi kurang berhasil. Para ahli antropologi juga ikut menangani studi ini berdasarkan gerak perpindahan ras dan percampurannya, tetapi persesuaian pendapat ternyata sulit diperoleh. Namun akhirnya meski secara kasar dapat juga disusun peta persebaran bahasa penduduk Asia.
Para petalangan yang pindahnya kea rah Selatan memiliki bahasa yang dapat digolongkan kedalam bahasa Austro-Asiatis. Persebarannya dahulu kala lebih luas dari yang ada sekarang, yang nampak pada persebaran bahasa secara sporadic antara Barat laut India dan Malaysia. Adapun bahasa Austronesia di pakai untuk menamakan bahasa-bahasa yang dipakai dari Thailand (Siam) serta Indo-Cina (Vietnam,Camboja dan Laos) hingga sampai kepulauan Polinesia.
Bahasa Dravida dengan cabang-cabangnya tersebar di India bagian Selatan. Adapun di India Utara bahasanya jika ditinjau dari rumpun bahasa Indo-Eropa yang lebih luas. Persebarannya mulai dari Iran (Parsi) ke Timur atau Tenggara meliputi India Utara tadi dan mencapai pula kawasan ssam. Jumlah bahasanya yang masuk rumpun tadi ada 40 yang utama dan kesemuannya masih terpecah-pecah lagi menjadi 400 dialek. Pembawa bahasa rumpun Indo-Eropa cabang Timur itu adalah bangsa-bangsa Aria yang meninggalkan padang-padang rumput di Parsi untuk kemudian masuk ke India lembah sungai Indus (Sindhu).
Kini bahasa India yang direncanakan menjadi bahasa nasional yaitu bahasa Hindi, satu diantara cabang yang dominant yang merupakan kelanjutan dari bahasa Sansekerta di zaman-zaman dahulu. Adapun di Pakistan telah berkembang bahasa Urdu yang bertuliskan aksara Arab karena agama di sana adalah Islam.
Masih tersisa dalam pembicaraan ini rumpun besar bahasa-bahasa Tibeto-Cina yang dapat dirinci atas kurang lebih 250 bahasa regional yang persebarannya meliputi wilayah Burma Selatan dan Thailand hingga Manchuria di pojok Timurlaut Cina. Adapun sempalannya membelok mengikuti perpindahan bangsa-bangsa Mongoloid dulu ke Taiwan, Korea dan Jepang.
Semua bahasa tadi dapat ditulis secara seragam dengan huruf yang melambangkan monosilabi dan dapat dibaca di mana-mana meski dengan ucapan yang berlainan. Di Jepang kemudian dikembangkan jenis huruf lain yang disebut alphabet kana (katakana), sedang di Korea juga ada perkembangan sejenis itu.
D. Tagihan Lembar kerja mahasiswa
1. Jelaskan tentang asal mulanya bahasa
2. Mengapa bahasa itu penting
3. Jelaskan bahasa-bahasa perniagaan yang penting di dunia
4. Apa yang dimaksudkan dengan Lingua Franca
5. Jelaskan Lingua Franca yang masih hidup saat ini
6. Jelaskan bahasa-bahasa di Asia
7. Buatlah peta persebaran bahasa di dunia
8. Buatlah peta bahasa di NTT
E. Daftar Rujukan
Daldjoeni, 1982, Pengantar Geografi untuk mahasiswa dan guru sekolah, Bandung: Alumni
________, 1987, Pokok-pokok Geografi manusia, Bandung: Alumni.



























KEGIATAN BELAJAR 5

Pokok Materi Kegiatan Ekonomi Masyarakat Sederhana
Kompetensi Dasar Memahami Kegiatan Ekonomi Masyarakat Sederhana
Mata Kuliah Geografi Budaya
Kode Mata Kuliah KPI 4528
Bobot SKS 2
Program / Semester S1/ Gasal(V)
Waktu 300 menit ( 3 x pertemuan)

A. Tujuan
Mengembangkan kemampuan mahasiswa untuk memahami dan mendeskripsikan
Kegiatan Ekonomi masyarakat sederhana.
B. Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan : Kegiatan Ekonomi Masyarakat Sederhana
C Uraian Materi :
1. Ekonomi pada awal peradaban
Manusia sejak awal peradabannya berusaha memenuhi kebutuhan azasi degan cara yang berbeda-beda berdasarkan lokasi kehidupan manusia. Di wilayah-wilayah tertentu keadaan relief permukaan bumi, tanah dan iklim serta vegetasi sulit digarap sehingga kehidupannya terasa berat. Di Situ sumberdaya terasa serba terbatas. Sebaliknya di tempat-tempat lain alam begitu murah sehingga menawarkan berbagai sumberdaya untuk diolah dan dibagi masyarakat yang bersangkutan terbuka kesempatan untuk lebih mudah maju.
Pemanfaatan atas lingkungan alam tergantung dari dua hal (1) taraf organisasi social masyarakat , (2) perkembangan budayanya. Semakin manusia menguasai cara-cara memanfaatkan apa yang ditawarkan oleh lingkungan alam semakin sejahtera hidupnya secara material. Jika suatu masyarakat hanyahidup dari sekadar mengumpulkan hasil pepohonan atau tanaman lain yang disajikan alam, jaminan kelestariannya masih belum pasti.. Kecuali jika manusia lalu mengenal usaha pertanian, sehingga persediaan bahan pangan baginya terjami, maka ia tak perlu lagi hidup dengan berpindah-pindah tempat. Lalu hidupnya menjadi sedenter artinya menetap disuatu tempat.
Sebenarnya lingkungan alam tak hanya diambil manfaatnya untuk keperluan pangan, sandang, dan papan. Pada masyarakat yag maju lingkungan dipakai pula untuk berbagai tujuan seperti olah raga, bertemasya dan penelitian ilmiah. Sejak zaman neolitik (zaman batu baru) manusia menemukan hal-hal baru yang mendorong kemajuannya. Di samping bertani ia mulai menjinakan hewankemudian membuat benda-benda keramik serta menenun dari bahan lena, kapas dan bulu. Dengan begitu muncul zaman revolusi neolitik pada tahun 7000 atau 8000 sebelum masehi.
Perkembangan tersebut di atas terjadi paling dulu di Mesopotamia dan Mesir Kuno. Sehingga dasar-dasar peradaban mulai dipasang sebagai lawan dari hidup dalam suasana barbarisme yang melanda daerah-daerah lain yang masih terkebelakang hingga awal abad ke 20 ini.
Munculnya pertanian dalam sejarah umat manusia memungkinkan manusia hidup menetap di suatu tempat (sedenter) dan hidup bermasyarakat dalam jumlah keanggotaan yang besar. Dengan demikian lahirlah masyarakat yang mapan, mengenal pembagian kerja antara anggotanya, dan memiliki waktu senggangnya di luar waktu kerja untuk diisi dengan pengembangan seni, satra, dan budaya rohani lainnya.
Mulai itu dimungkinkan lahirnya peradaban Mesir, kemudian Yunani, Romadan akhirnya Eropa yang sekarang paling tinggi di seluruh dunia. Dalam perkembangan peradaban manusia selama beberapa ribu tahun ini terjadilah aneka penemuan dan penciptaan; abad ke-20 kemudian terkenal dengan munculnya sarana-sarana elektronika, jet supersonic, tenaga nuklir dan sebagainya. Namun dalam abad ini pula masih kedapatan kelompok-kelompok manusia yang hidup dalam peradaban neolitik; inilah paradoks yang menarik untuk ditelaah; teknologi maju meningkat sedang teknologi amat promitif masih juga bertahan.
2. Pengumpul hasil,penggarap tanah berpindah
Pada taraf awal peradabannya manusia mengumpulkan hasil hutan dan di samping itu berburu; yang dikumpulkan biasanya buah-buahan liar, kacang-kacangan, berbagai akar yang dapat dimakan serta madu hutan. Hewan hutan ditangkapnya dengan jaring atau lubang-lubang perosokan; juga ikan mereka tangkap di sungai-sungai atau perairan lain. Biasanya alam disekitar mereka masih kaya sumberdaya yang langsung dapat dimanfaatkan; jika sumberdaya mulai menipis, tempat mata pencarian mereka berpindah.
Contoh-contoh bangsa-bangsa yang hidupnya seperti di atas adalah :
(a) Suku-suku Eskimo dan Indian di wilayah arktik Amerika Utara
(b) Suku-suku Yaghan di Tierra de Foege di ujung benua Amerika Selatan
(c) Suku-suku Pigmi di hutan-hutan tropika di lembah Zaire (Afrika)
(d) Penduduk pribumi (aborigines) benua Australia di tepi Utara dan Timurlau benua tersebut dengan iklimnya yang semi arida.
Para penggarap tanah (cultivators) dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu (1) mereka yang bercocok tanam secara primitive dan (2)mereka yang berladang dengan berpindah-pindah terus-menerus. Para penggarap tanah primitive itu sekaligus juga dapat merangkap menjadi pemburu. Di wilayah tropika mereka dikenal pula sebagai peladang, dalam arti mereka membuat lading secara bergeser tempat; di Sumatra Selatan namanya itu berhuma dan perladangan disebut perhumaan. Sebagian hutan terlebih dahuludibakar dan di atas tanahnya yang humusnya masih tebal dan tertutup abu sisa pembakaran hutan mereka dapat bertani padi kering. Tahun berikutnya mereka bergeser ke tempat lain; mungin 5 atau 10 tahun kemudian baru kembali ke tempatnya semula, yang sudah tumbuh menjadi hutan sekunder. Teknik pertanian berladang itu disebut dalam bahasa inggris “slas and burn” dan”shifting agriculture”. Selain di Indonesia hal itu kedapatan pula pada :
(a) suku-suku Indian di lembah Amazone, kaum Boro di sana bercocok tanam ketela (manioc), umbi rambut, dan kacang-kacangan.
(b) Beberapa suku Negro di Afrika Tengah, misalnya kaum Yoruba di Nigeria dan kaum Boloki di Zaire; mereka menanam jagung cantle dan pisang
(c) Berbagai suku pedalaman Asia Tenggara, misalnya kaum Liao, Mao dan Lolo di Laos, serta kaum Murut dan Brunei yang sama-sama menanam padi kering dan kacang-kacangan.
3. Petani penetap
Petani yang sedenter artinya sudah menetap tempat tinggalnya tarafnya jelas lebih tinggi jika dibandingkan dengan yang diuraikan di atas. Namun jenis-jenisnya masih banyak juga; misalnya berdasarkan teknik bertani dari yang primitive sampai yang maju, yag hasilnya cukup dimakan sendiri sampai yang berlebih, sehingga dapat dijual. Adapun tanamannya bermacam-macam pula dari padi, jagung, sampai umbi-umbian, kacang-kacangan dan lain-lainnya. Petani-petani menetap seperti itu selain berlainan juga disekitar rumahnya menanam berbagai tanaman seperti kelapa di wilayah tropika. Kegiatannya tak melulu di sawah, tetapi juga hortikultura. Adapun kemajuan pertanian bahan pangan di sawah amat maju di jepang, Cina dan Negara-negara Asia Tenggara berkat pemupukan dan irigasi sejak masa lampau.
Dengan bertambah banyaknya penduduk di berbagai wilayah iklim bermusim maka dilaksanakan revolusi hijau sehingga kebutuhan penduduk menjadi tercukupi. Indonesia melalui tahap-tahapan disebut panca usaha tani yang meliputi, pupuk, benih unggul, irigasi, pemberantasan hama, dan pemeliharaan. Juga diusahakan apa yang dinamakan tumpang sari pada satu bidang tanah ditanam berbagai hasil.
4. Peternakan dan hidup dalam nomadisme
Domestikasi hewan berarti bahwa manusia tak lagi berburu hewan liar, melainkan memeliharanya di rumah atau di perumputan. Sambil melindungi kelestarian hewan piaraan itu manusia memanfaatkan hasil-hasil peternakan yang berupa susu, daging, bulu,kulit dan sebagainya. Hewan yang berhasil dijinakan umumnya adalah sapi, kambing,domba,kuda dan onta. Jasa ternak bagi manusia ada tiga yaitu (a) pangan (susu,daging dan darah), (2) bahan mentah (kulit, bulu,rambut,dan tulang), (3) tenaga tarik dan sumber pupuk.
Hewan yang diternak tersebut di atas tergolong herbivore yaitu pemakan rumput. Semula hewan-hewan itu dalam keadaan liar, berkeliling perumputan untuk mendapatkan pangannya. Kemudian setelah dikuasai oleh manusia, kemanahewan-hewanitu berpindah, manusia mengikutinya. Kemudian manusia mengatur rute perpindahannya dari tempat ke tempat lain mengikuti peredaran musim; hidup berpindah seperti inilah yang disebut nomadisme.
Sebagai contohnya Robinson menulis tentang suku-suku Negro di Sudan yakni kaum Masai dan Fulani. Yang mereka pelihara di daerah-daerah arida itu kawanan kambing, sedang di daerah yang tak begitu kering (semi arida) kawanan sapi. Kekayaan mereka di sana diukur berdasarkan jumlah ternak yang mereka miliki. Kaum masai biasanya minum darah dari hewan yang mereka ternak, sedang dibandingkan dengan kaum Fulani hidup mereka lebih sedenter.
Bangsa-bangsa gembala jenis nomad itu selain mengatur pola pergeseran tempat kerja dalam rangka matapencarian mereka,juga mengatur atau lebih tepat menentukan batas-batas resmi dari wilayah gerak nomadisme mereka. Jika terjadi pelanggaran yang menyangkut wilayah kekuasaan atau musim menggembala lalu timbul konflik atau peperangan kecil. Cakupan wilayah kedaulatan para nomad ini dapat ratusan mil jauhnya; ini bertalian dengan lama singkatnya pergeseran lokasi menggembala berdasarkan musimnya.
Dahulu kala kebanyakan bangsa peternak itu sekaligus mengikuti hidup nomadisme. Jika sambil bergeser-geser itu telah dicapai lembah suatu sungai di mana dimungkinkan hidup sedenter, barulah mereka menjadi bangsa petani yang dengan sendirinya mulai menetap. Namun masih ada kini bangsa-bangsa nomad juga, misalnya :
(a) Kaum Badwi di wilayah Timur Tengah, mereka berkeliling bersama ternak onta dan kuda dari waha (oasis) yang satu kelainnya. Kuda dan onta mereka kembangbiakan pula untuk kemudian mereka jual kepada penduduk yang bertempat tinggal di pinggiran gurun. Di masa dulu mereka itu juga merangkap menjadi pedagang yang acapkali terlibat dalam pertempuran dengan golongan nomad lainnya. Yang mereka makan dan minum umumnya roti dari gandum (hasil waha) dan susu hasil ternak mereka.
(b) Kaum Kirgiz di Asia Tengah. Stepa-stepa yang luas sebarannya di sana baik untuk pemeliharaan kuda dan biri-biri. Mesikpun dulu-dulunya perpindahan para nomad ini jauh-jauh jaraknya di bawah pemerintahan Sovyet Rusia kehidupan mereka diatur bagi mereka disediakan kolejktiva-kolektiva menetap untuk beternak. Dengan demikian kaum Kirgis kini merupakan kaum gembala yang sedenter.
(c) Kaum Lap, Samoyed dan Tungu di kawasan-kawasan tundra dipinggir-pinggir Utara benua Erasia dari Swedia, Finlandia, Rusia hingga Siberia. Hewan yang mereka ternak disebut reindeer atau rusa tundra untuk dimanfaatkan hasilnya yang berupa susu, daging, bulu atau rambut serta kulit. Pada musim-musim panas (summer) ternak tersebut bergerak di wilayah tundra rumput dan tundra lumut,sedang di musim-musim dingin kembali kea rah Selatan yang lebih hangat di hutan-hutan cemara (den).



D. Tagihan Lembar kerja mahasiswa (LKM)
1. Jelaskan kegiatan ekonomi pada awal peradaban
2. Buatlah karya tulis tentang system mata pencarian suku-suku di Nusa Tenggara
Timur(NTT).
3. Jelaskan tentang pembangunan ekonomi NTT berdasarkan kondisi geografisnya.
4. Mengapa usaha ekonomi peternakan di N TT tidak berkembang dengan baik ? jelaskan
secara geografi Budaya
5. Buatkan karya ilmiah tentang upacara-upacara adat yang berkaitan dengan aktivitas
pertanian.
E. Daftar Rujukan
Daldjoeni, 1982, Pengantar Geografi untuk mahasiswa dan guru sekolah, Bandung: Alumni
________, 1987, Pokok-pokok Geografi manusia, Bandung: Alumni.
Daeng, H.J., 2000, Manusia, Kebudayaan dan Lingkungan , Tinjauan Antropologis. , Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

Sabtu, 30 Oktober 2010

PERAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) DALAM SKALA KAJIAN ARKEOLOGI LANSEKAP (BENTANG LAHAN)


Oleh :
Lukas Yakobus Gue Ea * )
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Nusa Cendana
Kupang




ABSTRAK
Perkembangan Sistem Informasi Geografis (SIG) akhir-akhir ini telah berimbas pada kepentingan arkeologi, baik di tingkat pendugaan dan eksplorasi situs, presentasi distribusisitus, beragam jenis analisis dan pemodelan spasial, hingga ke tingkat pengelolaan sumberdaya arkeologi (PSA) khususnya untuk pengambilan keputusan. Di sisi kajian arkeologi, tuntutan dan tugas berat ke depan, adalah bagaimana disiplin ini mampu mengakses, mengolah dan menstrukturkan, menyajikan, dan meng-update terus-menerus semua informasi geo-kultural dalam dimensi bentuk, waktu, dan ruang yang semakin tak terbatas kompleksitasnya. Semua bentuk informasi geo-kultural beserta dinamikanya, yang menjadi substansi dari suatu kondisi lansekap, menuntut arkeologi untuk “berkiprah” dalam berbagai skala kajian secara multidisipliner. Keberadaan basis data lansekap yang komprehensif dan terstruktur, serta kemampuan menganalisis dan mengevaluasi bentuk bentukinter-relasi antar fenomena geosfera, adalah modal dasar bagi keberhasilan kajian seperti ini.
Kata Kunci: Sistem Informasi Geografis (SIG), Arkeologi Lansekap

Sig tumbuh sebagai respon atas kebutuhan akan pengelolaan data keruangan yang lebih efisien dan mampu menyelesaikan masalah-masalah keruangan. Para perencana dan pengelola sumberdaya alam maupun kalangan militer yang banyak menggunakan petauntuk menyajikan kondisi muka bumi, mulai merasakan bahwa pembuatan danpenggunaan petamanual memiliki banyak kelemahan. Selain sulit dilakukan perbaikan danpenambahan informasi, penggabungan peta dengan informasi dari sumber lain, apalagisecara multitema, tidak mungkin dilakukan. Dengan berkembangnya pemanfaatankomputer untuk penanganan data geografis pada awal tahun 1980an hambatan tersebutakhirnya dapat diatasi. Teknologi SIG pun berkembang dan terus-menerus mengalamipenyempurnaan seiring dengan semakin banyaknya pihak-pihak yang memanfaatkannya(Suharyadi & Danoedoro 2004).
SIG adalah suatu sistem untuk mengumpulkan, menyimpan, memanipulasi (memodelkan),menganalisis, dan menyajikan sekumpulan data keruangan yang memiliki referensi geografis atau acuan lokasi (Johnson 1996). Secara teknis, SIG juga merujuk pada suatu sistem informasi yang menggunakan komputer dan mengacu pada lokasi geografis yangberguna untuk membantu pengambilan keputusan (Puspisc UGM 2004). Sebagai suatu sistem informasi, pengoperasian SIG memerlukan sekurang-kurangnya tigakomponen dasar yang terdiri atas hardware, software, dan brainware (Suharyadi &Danoedoro 2004, Puspics UGM 2004). Hardware (perangkat keras) merupakan perangkatfisikal untuk melaksanakan pekerjaan secara keseluruhan, termasuk semua jenis peripheralmasukan dan keluaran data. Beberapa jenis komputer, scanner, meja dijitasi, GPS reciever,kamera, printer, plotter, serta media-media penyimpan dan penayang data, merupakanbagian dari perangkat keras ini.Software (perangkat lunak) mencakup program dan user interface untuk mengendalikan perangkat keras, baik berupa software sistem yang mengontrol kerja komputer secaraumum, maupun software aplikasi yang melaksanakan fungsi-fungsi khusus sesuaikebutuhan pengguna. Beberapa jenis perangkat lunak yang umum digunakan di antaranyaArc/INFO, ArcView GIS, ArcGIS, MapInfo, ILWIS, AutoCAD Map, GRASS GIS, danGeoMedia. Selain itu masih ada beberapa perangkat lunak lain untuk pekerjaan imageprocessing yang berorientasi geografis, di antaranya ILWIS, ER Mapper, ENVI, PCIGeomatics, TNT Mips, IDRISI, dan ERDAS.
Perangkat lunak SIG memiliki kemampuan membaca data dari beragam format perangkatlunak lain, sehingga mampu mengatasi berbagai kendala dalam analisis spasial. Dengankemampuan ini, upaya untuk saling mempertukarkan data yang menjadi masukan dan hasilyang menjadi keluarannya tidak perlu memaksa para pengguna untuk terlebih dahulumengkonversi semua datanya menjadi format tertentu. ArcView GIS, misalnya, mampumengintegrasikan file-file drawings format CAD ke dalam lingkungannya tanpa harusterlebih dahulu mengkonversinya ke dalam themes atau shapefile ArcView GIS. Hanya dengan mengaktifkan ekstensi Cad Reader, para pengguna akan mampu membuat,menampilkan, dan mengaktifkan tema-tema secara langsung dari files drawing format CAD tersebut apa adanya; termasuk menyisipkan beberapa file secara simultan,memberikan simbol, warna, mengirim query, dan melakukan analisis sebagaimana halnyaterhadap shapefiles ArcView GIS sendiri. Selain itu, para pengguna juga dapat melakukanoperasi gabungan (joint operation) antara data tabel dengan fitur-fitur spasial di dalamdrawings CAD, dan kemudian menganalisis hubungan-hubungan spasial, baik di antaraunsur-unsur spasial pada drawings CAD maupun dalam sumber data yang lain. Fitur-fiturspasial di dalam file drawings CAD yang dimaksud adalah dari perangkat lunak Autocad(format .DWG dan format .DXF) dan MicroStation (format DGN) (Prahasta 2004).
ArcView GIS dan ArcGIS, sebagai perangkat lunak aplikasi yang umum digunakan,memiliki kemampuan untuk mengkombinasikan sejumlah sumber data terpisah, antara data grafis dan data atribut. Data grafis atau data spasial adalah data digital yangmenggambarkan peta (permukaan bumi) yang meliputi koordinat, garis, dan simbol yang menunjukkan elemen-elemen kartografis. Data atribut atau data tabular adalah tabel yangmenggambarkan karakteristik, kualitas, atau hubungan kenampakan peta dan lokasigeografis (Suharyadi & Danoedoro 2004, Johnson 1996).Di samping kehandalannya dalam melakukan data capture (input), penyimpanan,pengeditan, pemodelan, analisis, sintesis, serta penayangan informasi, keistimewaanperangkat lunak SIG lainnya terletak pada konsistensinya dalam mensyaratkan sajianinformasi spasial yang bereferensi geografis (berkoordinat). Semua fenomena geosferadapat ditampilkan dan dikompilasikan secara tepat dan akurat. Keutuhan informasi spasialyang dibutuhkan, diproses, dan dihasilkan olehnya, menunjukkan eratnya hubungan antaraSIG dengan berbagai bentuk sajian keruangan terutama peta, citra satelit dan data GPSreciever. Dengan kata lain, SIG tidak dapat dilepaskan dari peta dan hasil-hasil penginderaan jauh yang menjediakan data vital mengenai berbagai fenomena keruangan pada tingkat akurasi yang dapat dipertanggungjawabkan (Yuwono 2004).
Kedua jenis perangkat di atas (hardware dan software) tidak akan beroperasi secaramaksimal tanpa perangkat pikir manusia (brainware) yang mengendalikan aspek tujuan,manfaat, alasan, dan justifikasi dalam penggunaan SIG. Dalam hal ini dibutuhkan beberapakualifikasi keahlian sebagai komponen pelaku, di antaranya operator, teknisi, analis, pengambil keputusan, programer, kartograf, dan ahli penginderaan jauh. Sinergi darimereka dibutuhkan untuk menjalankan empat kegiatan pokok dalam SIG, yang dikenal.
sebagai IMAP-model, meliputi (Puspics UGM 2004):
1)    Input : antara lain digitasi, scanning, transformasi data, konversi data, dan koneksi dengan perangkat lain (input device).
2)    Manajemen : antara lain pengelolaan basisdata, struktur data, kamus data,metadata, standardisasi data, dan kontrol kualitas.Basisdata yang dimaksud berupa kumpulan data grafis danatribut (tabel) yang saling terkait menjadi satu kesatuan,yang dapat ditambah, diperbaiki, dan dipanggil kembali secara tepat untuk berbagai keperluan.
3)     Analisis/Proses : antara lain overlay, spatial joint, buffer, Digital ElevationModel (DEM), network, modelling, editing, kalkulasi danintegrasi data, serta klasifikasi dan rektifikasi.
4)    Presentasi/Output : meliputi map composition, print control quality, dan interactive maps, yang dapat menampilan peta-peta tematik(sintetik), tabulasi, dan sistem informasi spasial Pola pikir SIG, adalah bagaimana menghasilkan informasi yang sama sekali baru melaluibentuk-bentuk pemrosesan spasial terhadap tema-tema yang berbeda. Dalam pemrosesandata tersebut dibutuhkan pemahaman tentang inter-relasi logis antar unsur geografis untukmenghasilkan suatu sintesis, sebagaimana alur yang ditempuh dalam pembuatan peta-petatematik-sintetik. Tema-tema apa saja yang diperlukan dan bagaimana alur pemrosesannya,merupakan bagian dari brainware yang harus dikuasai untuk menghasilkan suatu informasibaru (lihat bagan 1).
Bagan 1. Contoh overlay peta multitema untuk membuat informasi baru
(Sumber: Puspics UGM 2004)
Sebagai contoh, dalam melakukan zonasi lahan, input datanya berupa peta-peta komponen lahan (lereng, penggunaan lahan, sifat fisik dan kimia tanah, dan status lahan), dankeluarannya adalah Peta Zona Lahan (Suharyadi dan Danoedoro, 2004). Contoh lainmengenai alur pikir pemrosesan data yang memerlukan pengetahuan khusus tentang suatufenomena alam adalah analisis bahaya erosi terhadap distribusi candi. Seringkali PetaBahaya Erosi belum tersedia, sehingga harus dilakukan analisis multitema. Persoalannyaadalah, tidak semua peta tematik sesuai untuk jenis kajian ini. Di sinilah perlunyapemahaman tentang fenomena erosi untuk menentukan tema-tema yang relevan, berupaPeta Curah Hujan, Peta Lereng, Peta Geologi/Tanah, dan Peta Penutup Lahan. Melaluiproses overlay dan pengolahan data atributnya, gabungan peta tersebut akan menghasilkanPeta Bahaya Erosi. Dari sini dapat dilakukan zonasi bahaya erosi terhadap distribusi candi.

PENGKAJIAN
Perkembangan SIG dan Relevansi Arkeologis
Dewasa ini, SIG telah mengalami perkembangan yang cukup pesat, yang dipicu oleh sedikitnya tiga hal (Suharyadi & Danoedoro 2004), yaitu perkembangan teknologi komputer dan sistem informasi; perkembangan metode analisis spasial dalam berbagaidisiplin ilmu, terutama ilmu geografi dan ilmu keruangan lainnya; serta perkembangankebutuhan aplikasi di berbagai bidang yang menuntut penanganan aspek-aspek keruangandan pemodelan berbasis komputer.
Pesatnya perkembangan SIG memberikan manfaat secara timbal-balik kepada masing masing komponen pelaku. Bagi para perancang/pemrogram, misalnya, kerangka pikir SIGmenuntut mereka untuk secara simultan mengembangkan skill dan konsep (pengetahuan)yang up to date dan multidimensional. Seorang operator sekalipun, tidak mungkin dapat mengoptimalkan pekerjaannya tanpa bekal konsep mengenai output pekerjaannya. Bagimereka, SIG adalah sebuah wahana dan sekaligus bentuk pembelajaran yang terstruktur.Sedangkan bagi para pengguna, SIG memberikan beberapa keuntungan di antaranyakemudahan, kecepatan, dan ketepatan dalam proses pengambilan keputusan; peningkatanpemahaman akan kondisi keruangan yang dihadapi; serta pengkayaan ide untukmengembangkan kajian (Yuwono 2004). Jadi tidak mengherankan jika perkembangan SIG akhirnya diikuti dengan perkembangan metodologi ilmu-ilmu di sekitarnya yang memilikibasis keruangan, termasuk arkeologi.
Di bidang arkeologi, SIG mulai dikembangkan sejak diadakannya pertemuan ilmiahSociety for American Archaeology di Amerika pada tahun 1985 yang bertemakan “SistemInformasi Geografis (SIG) berbasis komputer: alat masa depan untuk memecahkanproblema masa lalu” (Harris & Lock 1990 dalam Rangkuti 1996). Perannya di bidangarkeologi semula adalah dalam konteks Pengelolaan Sumberdaya Arkeologi (PSA) yangbanyak menerapkan analisis lokasional. Dalam aplikasi ini, SIG banyak memberikanmasukan dalam proses pengambilan keputusan. Model prediksi yang dibangunmemungkinkannya untuk diaplikasikan sebagai perangkat klasifikasi, kalkulasi, kombinasi,dan visualisasi kenampakan variabel-variabel spasial. Dengan berbagai kelebihan tersebutsangatlah beralasan untuk menjadikan SIG sebagai perangkat manajemen data utamadalam kegiatan PSA (Judge & Sebastian 1988).Peluang pengembangan SIG dalam kegiatan-kegiatan penelitian arkeologi murni punsemakin terbuka, dan jauh lebih luas daripada sekedar untuk menghasilkan peta-petatematik. Salah satu kajian arkeologi yang menuntut pengaplikasian metode analisis spasialini adalah kajian Arkeologi Lansekap, yang di dalamnya tercakup pula analisis-analisisPola Pemukiman, Analisis Kewilayahan, dan model pendugaan situs.
 ARKEOLOGI  LANSEKAP
Istilah ‘lansekap’ secara umum memiliki makna yang hampir sama dengan istilah‘bentanglahan’, ‘fisiografi’, dan ‘lingkungan’. Perbedaan di antara ketiganya terletak padaaspek interpretasinya. Bentanglahan yang di dalamnya terdapat unit-unit bentuklahan(landforms) merupakan dasar lingkungan manusia dengan berbagai keseragaman(similaritas) maupun perbedaan (diversitas) unsur-unsurnya. Kondisi bentanglahan sepertiini memberikan gambaran fisiografis atas suatu wilayah. Wilayah yang mempunyaikarakteristik dalam hal bentuklahan, tanah, vegetasi, dan atribut (sifat) pengaruh manusia,yang secara kolektif ditunjukkan melalui kondisi fisiografi, dikenal sebagai suatu lansekap(Vink 1983).
Batasan lansekap di atas adalah batasan dalam arti luas. Secara lebih spesifik, lansekapdapat diartikan sebagai wilayah atau suatu luasan di permukaan bumi dengan delineasi(batas-batas) tertentu, yang ditunjukkan melalui suatu geotop atau kelompok geotop (yaitubagian geosfera yang relatif homogen dari segi bentuk dan prosesnya). Sebagai contoh,lansekap pegunungan struktural berbeda dengan lansekap dataran aluvial, daerah pesisir,perbukitan karst, daerah-daerah bentukan volkanik, fluvial, dan sebagainya. Batasan ini menekankan perlunya delineasi untuk memvisualisasikan suatu lansekap sebagai suatu unitspasial berdasarkan spesifikasi bentuklahan, vegetasi, dan ciri-ciri ubahan (artifisial)(Yuwono 2005).Sesuai dengan karakternya, suatu lansekap dapat menampilkan gambaran yang kompleks dengan sifat yang bervariasi menurut jangkauan ruang dan waktu (Gisiger 1996). Kendatidemikian, adanya dominasi unsur-unsur tertentu pada suatu lansekap akan mempermudahuntuk mengenali jenis-jenisnya, meliputi (dirangkum dari Bintarto 1991, Rangkuti, 1996, Yuwono 2005):
1)    Natural Landscape, yaitu bentanglahan alami sebagai fenomena/ perwujudan dimuka bumi, misalnya gunung dan laut. Kategori ini memiliki batasan yang palingumum, dan dapat disamakan dengan istilah “pemandangan” menurut terminology umum.
2)     Physical Landscape, yaitu bentanglahan yang masih didominasi unsur-unsur alam, yang diselang-seling oleh kenampakan budaya. Sistem kehidupan berikutkomponen alami dan nonalami terwadahi dalam bentanglahan ini.
3)     Social Landscape, bentanglahan dengan kenampakan fisik dan sosial yang bervariasi karena adanya heterogenitas adaptasi dan persebaran penduduk terhadaplingkungannya, misalnya kota dan desa dengan berbagai fasilitas individualmaupun publiknya. Selain mencerminkan pola adaptasi, bentanglahan ini jugamemvisualisasikan persepsi penduduk terhadap lingkungan sekitarnya. Dengandemikian, bentanglahan sosial merupakan zona-zona yang menggambarkan strukturkehidupan sosial-ekonomi penduduk.
4)     Economical Landscape, yaitu bentanglahan yang didominasi oleh bangunan beragam yang berorientasi ekonomis, seperti daerah industri, daerah perdagangan,daerah perkotaan, dan daerah perkebunan.
5)     Cultural Landscape, merupakan bangunan/unsur budaya dengan natural featurs sebagai latar belakangnya, misalnya daerah pemukiman dengan kelengkapan sawah, kebun, dan pekarangannya. Bentanglahan ini merupakan hasil interaksi antara manusia dengan wilayahnya.Meskipun kategorisasi di atas kadang-kadang sulit diamati secara tegas, namun secaraumum dapat dikemukakan bahwa visualisasi suatu lansekap dibentuk oleh dua hal pokok.Pertama, perpaduan antara karakteristik alami dan non-alami dari ruang di permukaanmaupun dekat permukaan bumi yang bersifat dinamis; Kedua, adanya hasil suatuperubahan berkesinambungan dari interaksi dinamis antar sfera, karena pada dasarnyabentanglahan merupakan ekspresi hubungan erat antar sfera dalam ruang dan waktutertentu (Yuwono 2005). Penekanan studi ini terletak pada manfaat suatu bentanglahan untuk manusia dan pengaruh positif–negatif manusia terhadap bentanglahan.

Pengertian Arkeologi Lansekap
Berpangkal pada peristilahan geografis mengenai lansekap di atas, maka arkeologipun memiliki kepentingan untuk melihat fenomena sebaran data/situsnya dalam kerangka pemahaman lansekap. Berkembangnya pendekatan arkeologi lansekap yang semakin marak akhir-akhir ini tanpa disadari telah memperkaya kompeksitas dari lansekap itu sendiri.
Arkeologi lansekap yang mula-mula berkembang di Eropa, dapat dianggap sebagai hasil perkembangan baru di bidang metodologi ilmu pengetahuan berkat upayanya menempatkan isu-isu pemukiman manusia dalam konteks bentanglahan fisiknya.Penerapan pendekatan ini memberikan banyak keuntungan, bukan hanya bagi arkeologi,melainkan juga bagi kajian geografi manusia, yang keduanya saling melengkapi. Di satu sisi, kajian geografi manusia banyak berurusan dengan cara-cara manusia mengeksploitasidan memodifikasi habitatnya, pola pemukiman, pasar dan jaringan komunikasi, serta kecenderungan-kecenderungan demografik. Bukti-bukti aktivitas manusia di dalam cakupan lansekap yang luas merupakan objek kajian bagi para ahli geografi manusia (Dennell 1987).
Di sisi lain, arkeologi lebih menitik beratkan penelitiannya pada wilayah-wilayah yang memiliki bukti-bukti budaya bendawi, antara lain melalui ekskavasi atau rekonstruksi ekologi. Dengan mendasarkan kepada pandangan geografi, arkeologi pun mulai memperluas kajiannya dari area-area yang terbatas ke dalam kajian pola adaptasi dan pemukiman pada skala regional. Bahkan, bukan hanya masalah pemukiman, ketersediaan sumberdaya alam dan pengaruh peningkatan populasi manusia terhadap fauna dan flora, yang menjadi kajian ekologi bentanglahan (Moran 1990), akhirnya tidak luput pula dari kajian arkeologi lansekap. Dengan mengamati sekurang-kurangnya dua komponen terkait, yaitu komponen fisik dan budaya, maka arkeologi lansekap dapat dikategorikan sebagai studi perbatasan yang mensinergikan aspek-aspek fisik dan budaya, serta inter-relasi di antara keduanya hingga membentuk fenomena bentang lahan masa lalu. Secara fisik, di sini diperlukan klasifikasi untuk menyederhanakan bentanglahan yang kompleks di permukaan bumi menjadi unit unit bentuklahan yang mempunyai kesamaan dalam hal sifat dan perwatakannya (Verstappen 1983; Dibyosaputro 1997). Bentuklahan, yang merupakan bagian dari permukaan bumi dengan kekhasan bentuk akibat proses dan struktur geologi selama periode perkembangannya, merupakan salah satu komponen bentanglahan yang perlu dikenali dan didelineasi. Verstappen (1983), telah mengelompokkan sembilan satuan bentuklahan berdasarkan genesanya (asal-usul), yaitu bentuklahan bentukan asal volkanik, struktural, denudasional, fluvial, marin, angin, pelarutan, grasial, dan aktivitas organisme. Masing-masing bentukan ini akan mengalami perkembangan seiring dengan waktu dan intensitas proses geomorfik yang mempengaruhi, sehingga stadium proses yang telah berlangsung, bahkan yang akan berlangsung dapat dikenali dan diprediksi.
 Selain bentuklahan, unsur-unsur fisik lain yang ikut membentuk suatu lansekap adalah tanah, air, dan vegetasi.Di sisi lain, arkeologi banyak berurusan dengan aspek-aspek budaya, baik yang bersifat teknologis, sosiologis, maupun ideologis. Interaksi dari aspek fisik dan budaya ini menentukan corak-corak morfologi, morfogenesa, morfokronologi, dan morfoasosiasi, yang berdampak pada kesesuaian fungsi ruang, kualitas ruang, bentuk adaptasi, evolusi budaya, proses transformasi, aksesibilitas, ketersediaan sumberdaya alam, dan sebagainya. Keterlibatan aspek budaya dalam membentuk suatu lansekap seringkali menimbulkan bentuk-bentuk anomali yang “menyimpang” dari sifat asli suatu bentuklahan. Gejala anomali yang dimaksud di antaranya adalah penyimpangan pada pola aliran sungai (pola drainase), pola kontur, pola kelurusan, pola penggunaan lahan (landuse), gejala perubahan muka airtanah, dan berbagai kenampakan fitur ubahan lainnya. Kunci utama untuk mengenali adanya anomali ini adalah mengetahui bagaimana pola alami yang seharusnya terbentuk pada suatu bentuklahan. Melalui berbagai penyimpangan bentuk inilah campurtangan manusia pada masa lalu dapat diketahui.
Dengan demikian, arkeologi lansekap mengandung pengertian sebagai cabang arkeologi yang menekankan kajian dan pendekatannya pada hubungan antara corak dan sebaran fenomena arkeologis dengan karakteristik perubahan bentanglahan/fisiografi sekitarnya.


 



















AIREGETASI
Gambaran di atas menekankan bahwa kajian arkeologi lansekap memerlukan ketersediaan bentuk-bentuk representasi spasial (peta, foto udara, dan atau citra satelit), baik dalam kedudukannya sebagai data, instrumen analisis, maupun hasil kajian. Karena suatu lansekap dibentuk oleh beberapa komponen, terutama bentuklahan, tanah, air, vegetasi,
dan berbagai bentuk pengaruh manusia, maka diperlukan peta dasar dan berbagai petatematik, termasuk struktur basisdatanya, agar dapat dilakukan analisis spasial. Bukanhanya untuk menghasilkan peta sebaran situs sebagaimana banyak dilakukan di Indonesiasaat ini, melainkan sebuah peta tematik-sintetik yang mampu menggambarkan danmenjelaskan fenomena lansekap sesuai dengan tujuan dan skala penelitiannya.Dari sisi keilmuan, tantangan berat dalam analisis arkeologi lansekap di Indonesia saat iniadalah bagaimana memvisualisasikan proses perubahan bentanglahan masa lalu akibatcampur tangan manusia; dan bagaimana perubahan bentanglahan mengontrol strategimanusia dalam beradaptasi dan bermukim. Melalui penerapan SIG, terbuka kemungkinanuntuk melakukan pemodelan-pemodelan spasial yang dapat mengatasi tantangan ini.

 ARKEOLOGI LANSEKAP DAN SIG
Salah satu contoh menarik mengenai penerapan SIG dalam kajian arkeologi lansekap telah dilakukan oleh Anne Gisiger dari Universitas Arkansas dalam thesisnya yang berjudul “A Spatial Analysis of Regional Human Adaptation Patterns Using Continental-Scale Data” (Gisiger 1996), dengan mengaplikasikan software Geographic Resources Analysis Support System (GRASS) GIS yang dikembangkan oleh the U.S. Army Construction Engineering Research Laboratories (CERL). Melalui analisis SIG berskala mega yang mengambil lokasi di kawasan Central Great Plains - Amerika, Gisiger berhasil merekonstruksi relasi spasial antara variabel-variabel lingkungan seperti pola aliran, distribusi elevasi, siklus pertumbuhan vegetasi dan rumput, perubahan temperatur rata-rata antara musim panas dan musim dingin, dan indeks kekeringan, dengan perubahan pola pemukiman dan pola adaptasi kelompok pemburu banteng liar dan kelompok hunter-gatherer-gardeners di Central Great Plains. Penelitian ini menerapkan metode overlay terhadap sejumlah peta tematik (di antaranya lihat peta 1,2,3), kemudian menganalisis hubungan spasial antar variabel pengamatan, melakukan pembobotan dan pengolahan spatial joint terhadap data atribut, serta pemodelan spasial secara time-series.
Aplikasi SIG lainnya dapat dilakukan pada kajian arkeologi lansekap skala meso,mencakup situs dengan karakter lingkungan sekitarnya. Salah satu contohnya dilakukan dikawasan Rush,Arkansas, oleh The Arkansas Archaeological Survey. Limp, misalnya, dengan menggunakan software GRASS GIS, meninjau ulang konsep antropologi tentangcakupan situs (catchment area). Kawasan Rush yang terletak di dekat Sungai Buffalo, adalah daerah lembah yang dikelilingi oleh tebing yang tinggi dan curam. Model sebelumnya, yang mendefinisikan catchment area sebagai wilayah konsentris dengan satu situs sebagai pusatnya, ternyata tidak sesuai lagi. Dalam upaya menghasilkan model yang lebih sesuai dengan kondisi medan setempat, Limp menerapkan sistem buffer untuk membuat beberapa tingkat area.
Hasilnya menunjukkan bahwa catchment area tidak berbentuk konsentris, melainkan memanjang mengikuti lembah sungai. Hasil korelasi antara catchment area dengan data vegetasi prasejarah menunjukkan bahwa komunitas prasejarah di lokasi tersebut banyak menggantungkan kehidupan mereka pada diet campuran hasil pertanian dan sumber makanan dari hutan (Gisiger 1996). Saat ini, penulis bersama tim ekskavasi Kanal Kuna Komplek Candi Plaosan 2005, sedang menyelesaikan pengolahan data spasial skala meso untuk melihat korelasi antara bangunan candi, kanal kuna, dan data hidrologi sebaran sumur kuna di sekitar Plaosan. Analisis juga dilakukan terhadap pola aliran sungai-sungai di sekitar Plaosan (berdasarkan Peta Rupa Bumi skala 1:25.000 dan Foto Udara skala 1:20.000), hasil-hasil ekskavasi, dan hasil survey geohidrologi pada tahun 2003. Beberapa analisis spasial yang dilakukan dengan software ArcView GIS dan ArcGIS, akan dipakai untuk menjawab permasalahan system paleohidrologi kanal Plaosan dalam kaitannya dengan kondisi lansekap sekitar dan sebaran sumur kuna yang secara tipologis memiliki beberapa bentuk dan ukuran. Contoh lainnya adalah kajian arkeologi lansekap skala makro, yang mencakup area kirakira seluas 100 – 1000 km2 (Delcourt & Delcourt 1988, dalam Gisiger 1996). Allen dan Hasenstab, misalnya, menerapkan skala spasial ini untuk menganalisis pola-pola okupasi prasejarah Iroquois, dan mengungkapkan bahwa komunitas Iroquoian memilih lokasilokasi desa mereka di daerah yang sesuai untuk budidaya jagung.
Selain memperhatikan sebaran situs dan unsur-unsur lansekapnya, mereka juga menganalisis variabel-variabel iklim dan mengolahnya dengan fasilitas SIG. Pada kasus lainnya, Allen mengaplikasikan program GIS ARC/Info yang berbasis vector untuk menganalisis sistem perdagangan yang berlangsung di jaringan sungai-sungai di bagian timur kawasan Great Lakes, antara pertengahan abad XVI – XVIII Masehi. Melalui pemodelan yang dilakukan, Allen berhasil menemukan lokasi-lokasi baru yang berperan dalam jaringan perdagangan masa itu. Ditemukan pula bukti-bukti arkeologis dan historis yang menunjukkan bahwa pada 1550, sejumlah komoditi dari Eropa sudah sampai ke pemukiman-pemukiman penduduk asli Amerika. The South Carolina of Archaeology and Antrhopology (SCIAA) bekerja sama dengan The Earth Sciences and Resources Institute of the University of South Carolina (ESRI-USC) menyuguhkan contoh lain yang cukup menarik. Proyek gabungan ini mengembangkan ‘predictive models’ untuk menemukan situs-situs arkeologi di Carolina Selatan melalui pemrograman SIG. Data yang diperlukan meliputi: a) linear hydrography (untuk memplot sumber-sumber air permanen), b) hypsography (untuk mengidentifikasi variasi topografi), dan c) floodplains (dataran banjir). Dengan menganalisis citra satelit, ortofoto digital, peta topografi, dan hasil pembuatan Digital Elevation Model (DEM), dapat ditemukan 78 situs (Clement 2003).
SIG juga membuka kemungkinan untuk menangani kasus-kasus antar waktu dalam arkeologi lansekap melalui pengembangan metode analisis data budaya secara luas. Johnson dan Wilson, mencontohkan pembuatan Electronic Cultural Atlas Initiative (ECAI), dengan software ArcView GIS dan ArcExplorer yang dioperasikan melalui jaringan internet. Isu-isu penting yang dikembangkan adalah perekaman time-based cultural features, pengembangan interface untuk mendisplai peta-peta berbasis waktu, dan pembuatan peta-peta animatif. Hasilnya berupa sekumpulan data sets, layer-layer peta, kriteria-kriteria terpilih, simbolisasi, dan berbagai kasus
spasial-temporal dari data budaya yang diakses (Johnson & Wilson 2003).
Banyak ahli sepakat bahwa pola-pola adaptasi manusia dipengaruhi oleh berbagai fenomena lingkungan dalam skala ruang dan waktu tertentu (Butzer 1987). Adaptasi terhadap kekeringan, misalnya, tidak dapat diidentifikasi melalui cakupan waktu pengamatan yang lebih pendek dibandingkan siklus kekeringan yang terjadi. Pada kasus lainnya, sumber (asal-usul) barang-barang perdagangan tidak dapat diidentifikasi jika jaringan perdagangan barang berlangsung pada skala keruangan yang lebih luas dibandingkan cakupan area yang dipelajari. Oleh karena itu, untuk menganalisis adaptasi manusia secara utuh di suatu bentanglahan diperlukan pendekatan pada skala keruangan dan waktu yang tepat. Di antara empat skala keruangan seperti diklasifikasikan oleh Delcourt and Delcourt (1988, dalam Gisiger 1996), yaitu skala mikro, meso, makro, dan mega, arkeologi lansekap lebih banyak berurusan dengan skala meso hingga mega. Maka diperlukan tingkat kedetilan peta dan tingkat resolusi spasial citra yang sesuai dengan masing-masing cakupan, sebab representasi masing-masing elemen pada peta dipengaruhi oleh skala.
Hal seperti ini di dalam kartografi berhubungan dengan generalisasi, yaitu upaya pemilihan dan penyederhanaan elemen-elemen peta, baik secara geometrik maupun konseptual. Generalisasi geometrik antara lain berupa pemilihan, penyederhanaan bentuk, penghilangan, eksagerasi atau pembesaran, dan pemindahan elemen akibat pembesaran. Sedangkan generalisasi konseptual berupa klasifikasi elemen-elemen tertentu, yang biasanya hanya diketahui oleh orang yang menguasai subjek yang akan dipetakan. Sebagai contoh, pada skala 1:50.000 terdapat 20 jenis tanah, jika diperkecil menjadi 1:100.000 harus dilakukan pengelompokan terhadap 20 jenis tanah tersebut sehingga jumlah jenisnya menjadi berkurang. Tidak ada skala peta topografi tunggal yang sesuai untuk semua tingkat pengamatan, demikian pula dalam penggunaan foto udara. Skala 1:2.500 – 1:10.000, sesuai untuk identifikasi rinci unsur vegetasi, landuse, dan kenampakan geomorfik mikro, tetapi terlalu besar untuk analisis geologi dan geomorfologi skala tinjau yang membutuhkan analisis relasi antar unsur dalam wilayah yang luas. Foto udara skala 1 :15.000 – 1:35.000, umumnya sesuai untuk mengamati perbedaan ketinggian dan beberapa kenampakan minor lansekap. Sedangkan skala yang lebih kecil dari 1:35.000, paling sesuai untuk mengamati pola-pola regional. Pola aliran, misalnya, yang secara tidak langsung mencerminkan kondisi topografi (tingkat kemiringan lahan), kondisi litologi, dan struktur geologi suatu wilayah, mudah didelineasi dengan foto udara skala tersebut (Zuidam, 1985).
Penggunaan citra satelit juga memberi banyak kemajuan bagi kajian arkeologi lansekap. Apalagi dengan tersedianya berbagai jenis sensor citra yang relatif mudah diakses. Seperti dalam penentuan skala peta dan foto udara, kesesuaian tingkat resolusi citra dengan cakupan wilayah kajian juga perlu dipertimbangkan. Pada skala kajian meso setingkat kota, misalnya, sebaiknya digunakan citra satelit Quickbird Pankromatik (resolusi spasial 0,61 m) atau IKONOS Pankromatik (resolusi 0,83 m), sedangkan citra Landsat MMS dengan resolusi spasial 80 m lebih sesuai untuk kajian tingkat regional (makro). Masih banyak produk penginderaan jauh lainnya yang dapat diaplikasikan, mulai dari Small Format Aerial Photography (SFAP) hingga citra-citra hiperspektral yang luwes untuk disesuaikan dengan tujuan pengamatan (Danoedoro, 2004).


 PENUTUP
Kemampuan SIG sebagai piranti analisis keruangan memungkinkan dihasilkannya informasi baru melalui pengolahan gabungan terhadap data spasial multitema yang berbeda format. Peta peta digital berbasis vektor, produk-produk penginderaan jauh berbasis raster, dan data lokasi dari GPS reciever, tidak lagi mengalami hambatan untuk dianalisis bersama berkat tersedianya berbagai fasilitas GIS. Kondisi ini membuka peluang untuk meneruskan proyek-proyek penelitian yang sudah ada, sebagai suatu tantangan awal. Simak saja disertasi Mundardjito (1993) yang sudah mengakses data ratusan situs masa Klasik di wilayah Yogyakarta, termasuk di sekitar Prambanan. Keberhasilan analisis ekologis yang dicapainya, akan kian menarik dan membuka prospek kajian baru jika dikembangkan ke arah pemodelan-pemodelan spasial. Misalnya untuk memvisualisasikan kondisi palaeo-landscape Yogyakarta dan Prambanan pada masa Klasik secara time series. Dari visualisasi tersebut akan banyak informasi baru yang tidak mungkin diperoleh secara manual.
Piranti Network Analyst dalam program ArcView GIS dan ArcGIS, misalnya, memungkinkan untuk memvisualisasikan jaringan transportasi masa itu; juga jaringan irigasi dan sanitasi kuna; hubungan antara aksesibilitas jalan – hieraki candi – dan keletakan klaster-klaster pemukiman kuna; atau bahkan untuk menjawab isu kebencanaan (“maha pralaya”) yang masih menjadi polemik hingga kini. Setidaknya untuk mengetahui bagian lansekap mana yang waktu itu paling parah diterjang lahar Merapi. Tidak tertutup pula kemungkinan untuk mengembangkan “Analisis Kesesuaian Lahan Masa Klasik”, topic kontemporer yang sekarang ini paling banyak mengeksplor kemampuan SIG.


 DAFTAR PUSTAKA
Bintarto, R., 1991, “Geografi Manusia: Teori, Tema, dan Metodologi Penelitian”, dalam Seminar Aplikasi Penelitian Geografi untuk Perencanaan Pengembangan Wilayah, Fakultas Geografi, UGM.
Butzer, K. W. 1987 Archaeology as Human Ecology: Method and Theory for a Contextual
Approach. Cambridge University Press, Cambridge.
Clement, Christopher Ohm, Sahadeb De, Robin Wilson Kloot, 2003, Using GIS to Model
and Predict Likely Archaeological Sites, Sumber:
Http://gis.esri.com/library/userconf/proc01/professional/papers/pap651/p651.htm
; 10 April 2003.
Danoedoro, Projo (ed.), Sains Informasi Geografis: Dari Perolehan dan Analisis Citra
hingga Pemetaan dan Pemodelan Spasial, Jurusan Kartografi dan Penginderaan
Jauh Fak. Geografi UGM, Yogyakarta.
Dennell, R. W., 1987, “Geography and Prehistoric Subsistence”, dalam J. M. Wagstaff
(ed), Landscape and Culture: Geographical and Archaeological Perspectives,.
Dibyosaputro, Suprapto, 1997, Geomorfologi Dasar, Fakultas Geografi UGM, Yogyakarta.
Gisiger, Anne, 1996, “A Spatial Analysis of Regional Human Adaptation Patterns Using
Continental-Scale Data”, Thesis, revised version, University of Arkansas.